Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi dan permintaan tembaga hasil pemurnian di China terus tumbuh. Harga tembaga diprediksi dalam tren positif hingga kuartal pertama tahun depan.
Pada penutupan perdagangan Selasa (19/12), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,54% dibanding sehari sebelumnya. Harga komoditas ini ditutup di US$ 6.942 per metrik ton
Sepekan terakhir, harga tembaga bahkan telah menguat 4,19%. "Rally naik harga tembaga karena adanya data Biro Statistik Nasional China bahwa impor konsentrat bulan November naik 1,78 juta ton," ujar Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures, Rabu (20/12).
Dengan kenaikan ekspor itu, ada ekspektasi produksi tembaga sulingan China pada November juga naik hampir 10% dari periode yang sama tahun lalu menjadi 786.000 ton. Hal ini menunjukkan pengetatan aturan smelter di negara tersebut tak mampu menekan produksi tembaga hasil pemurnian.
Selain itu, sentimen positif juga datang dari terganggunya produksi di tambang Quebrada Blanca di Cile. Pekerja tambang tersebut kembali menggelar aksi mogok setelah perpanjangan kontrak kerja tidak mencapai kesepakatan.
Sejumlah tambang di Cile dan Peru saat ini tengah menghadapi persoalan perpanjangan kontrak. Lebih dari 30 kontrak kerja, yang mencakup sekitar lima juta ton pasokan tembaga, akan berakhir tahun depan. Seperti yang sudah-sudah, persoalan pertambangan selalu berhasil mengangkat harga.
Andri melihat tren positif tembaga masih mampu bertahan hingga akhir tahun 2017. Bahkan, ia optimistis harga logam industri tersebut bakal melaju dan menembus level US$ 7.000 per metrik ton.
Tren positif harga tembaga juga masih mungkin berlanjut hingga tahun 2018. Terganggunya produksi di beberapa tambang besar diperkirakan akan mendorong pergerakan harga untuk terus menguat. "Sampai kuartal I-2018 kemungkinan masih positif," ujar Andri.
Namun memasuki bulan Januari, Andri melihat kemungkinan harga akan sesaat mengalami fase konsolidasi. Biasanya aktivitas pelaku pasar masih relatif terbatas setelah libur tahun baru. Setelah tahun baru China, baru pasar kembali bergeliat.
Secara teknikal, harga tembaga berada di atas moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan penguatan. Kemudian indikator RSI berada di level 61 dan MACD berada di area positif 14,9. Namun stochastic memberi sinyal pelemahan karena telah memasuki area jenuh beli di level 82,5.
Usai rally, Andri memperkirakan harga tembaga pada Kamis (21/12) akan terkoreksi dan bergerak pada kisaran US$ 6.900-US$ 6.940 per metrik ton. Selanjutnya, dalam kurun waktu sepekan ke depan, harga akan bergerak di kisaran US$ 6.830-US$ 6.990 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News