Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah kedatangan 64 emiten baru sejak awal tahun 2023. Dari deretan saham baru yang melantai di BEI, ada sejumlah taipan yang sukses meraup cuan lewat aksi Initial Pulic Offering (IPO).
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi pendatang baru yang langsung tancap gas. Emiten tambang tembaga dan emas ini merangsek ke peringkat keenam kapitalisasi pasar terbesar di BEI, nilainya mencapai Rp 325,78 triliun.
Lonjakan market cap itu terbawa oleh harga saham AMMN yang melaju kencang. Hingga perdagangan Kamis (31/8), AMMN dibanderol Rp 4.530 per saham atau melejit 167,25% dari harga penawaran Rp 1.695 saat IPO.
Emiten yang baru melantai di BEI pada 7 Juli 2023 ini sering diasosiasikan milik keluarga Panigoro lewat PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Meski begitu, dengan kepemilikan saham 21,09%, MEDC bukanlah pengendali di AMMN.
Baca Juga: Pasang Harga Rp 266, Multitrend Indo (BABY) Berpotensi Raup Rp 142 Miliar dari IPO
Pengendali AMMN adalah AP Investment. Di balik AMMN, ada genggaman tentakel bisnis Grup Salim. Agoes Projosasmito yang diasosiasikan sebagai orang kepercayaan Grup Salim, saat ini menjabat sebagai komisaris utama AMMN.
Konglomerat lain yang meraup untung dari IPO adalah Prajogo Pangestu. Salah satu orang terkaya di Indonesia ini mengempit 85% saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Cuan dari CUAN meluber dengan lonjakan 931,81%, dari harga IPO Rp 220 ke posisi saat ini senilai Rp 2.270 per saham.
Nama besar lain yang membawa perusahaannya IPO tahun ini ada Ram Jethmal Punjabi. Ram memegang 84,19% saham PT Tripar Multivion Plus Tbk (RAAM). Harga saham RAAM sudah menanjak 203,41% dari harga IPO Rp 234 ke level Rp 710 per saham.
Selain itu, ada sejumlah konglomerat dan grup bisnis besar lain yang mengantar entitas bisnisnya menjadi perusahaan terbuka. Misalnya saja Garibaldi "Boy" Thohir di PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), Harita Grup di PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Grup Bakrie tak ketinggalan dengan membawa IPO PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Sayangnya pergerakan harga saham ketiganya sejauh ini tidak semoncer AMMN maupun CUAN.
Baca Juga: Holding Geothermal Segera Dibentuk! PGEO Siap Menjadi Pimpinan Holding
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengamati mayoritas konglomerat atau grup bisnis besar terbilang sukses menggelar IPO. Nama besar di balik aksi korporasi ini menjadi penambah daya tarik bagi calon investor untuk mengoleksi saham pendatang baru.
"Taipan atau grup besar akan lebih mudah menjaring minat investor, dibandingkan emiten yang nama dan pemiliknya jarang terdengar ke publik," ujar Nico.
Meski begitu, seberapa tinggi harga sahamnya bisa terbang akan kembali berpulang pada kondisi fundamental dan prospek bisnis emiten itu sendiri. Di samping fundamental dan prospek bisnis, Nico menyoroti dua katalis penting yang umumnya membuat saham IPO sukses.
Pertama, euforia yang bisa menarik minat investor untuk merangsang pergerakan sahamnya dalam jangka pendek. Kedua, strategi valuasi agar bisa menawarkan harga yang menarik (undervalued).
Nico memandang, saham yang naik tinggi seperti AMMN memiliki keduanya. "Pada saat IPO harga murah dibandingkan industri peers-nya, dan euforia cukup tinggi karena emitennya besar," kata Nico.
Baca Juga: Auto Rejection Simetris Berlaku Pekan, Pergerakan Saham Bakal Lebih Volatil
Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menambahkan, perusahaan milik konglomerat umumnya dipersepsikan punya fundamental yang cukup stabil dengan dukungan dari grup bisnisnya. Meski begitu, di sisi lain saat ada sentimen negatif yang melanda, bisa jadi emitennya akan ikut terseret.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH-Project William Hartanto menimpali, rekam jejak dari konglomerat atau grup bisnis emiten juga memegang peran penting. Dia mencontohkan saham CUAN milik Prajogo Pangestu.
Emiten Prajogo yang sudah ada di bursa, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) merupakan emiten big cap dengan reputasi yang baik. Begitu juga dengan Grup Salim yang terpandang di pasar saham.
Baca Juga: Ini Daftar Penjamin Emisi Paling Sukses Memboyong IPO, Harga Sahamnya Terbang Semua
Selanjutnya, faktor lain yang mendongkrak harga saham setelah IPO adalah terkait likuiditas dan saham beredar. Jumlah saham yang terbatas di bawah 25% umumnya mudah naik.
"Sisanya kembali ke minat pelaku pasar. Semakin bagus histori grupnya, semakin menarik sahamnya," sebut William.
Di antara saham-saham baru milik taipan itu, William merekomendasikan buy AMMN. Hanya saja, waspadai fluktuasi harga dan aksi profit taking. Sedangkan David menyarankan untuk mencermati saham AMMN dan CUAN.
Nico turut menyematkan rekomendasi buy untuk saham AMMN dan CUAN. Target harga masing-masing ada di level Rp 4.700 dan Rp 2.690 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News