Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Kenaikan saham-saham baja ini juga disokong oleh dari kondisi eksternal. Reza mencontohkan adanya sentimen penemuan vaksin. Meski tidak berhubungan langsung, paling tidak penemuan vaksin ini menumbuhkan optimisme bahwa kondisi makroekonomi akan membaik.
Sehingga, pemulihan ini dapat mendorong pembelanjaan dan peningkatan produksi baja yang dapat digunakan untuk industri lainnya, seperti untuk sektor otomotif, konstruksi, hingga alat berat.
Selain itu, sentimen pembentukan Indonesia Investment Authority (INA) juga mendorong kenaikan saham-saham baja.
Pada penutupan perdagangan Kamis (18/2), saham KRAS dan ISSP kompak terkoreksi. KRAS melemah 0,7% ke level Rp 705 sedangkan ISSP melemah 2,97% ke level Rp 196.
Saran Reza, untuk saham KRAS bisa dicermati selama harga dapat bertahan di atas Rp 670-Rp 675. Jika harga KRAS bertahan di rentang tersebut, maka harganya diperkirakan masih memiliki potensi untuk kembali menguat.
Baca Juga: Tahun ini, Gunung Raja Paksi (GGRP) siapkan belanja modal US$ 60 juta
Sedangkan saham ISSP bisa dicermati selama harganya dapat bertahan di atas Rp 184-Rp 189. Selama ISSP bertahan di level tersebut, harga sahamnya diperkirakan masih berpotensi kembali menguat.
Lebih lanjut, Reza menekankan pentingnya bagi investor untuk mencermati prospek bisnis dari emiten baja.
“Yang perlu diperhatikan ialah prospek bisnis, sentimen yang ada, dan hal-hal apa yang dapat membuat kinerjanya makin meningkat dan membaik,” pungkas Reza.
Selanjutnya: Gunung Raja Paksi (GGRP) menargetkan dapat mencatat laba bersih di 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News