Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pekan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan lima emiten baru. Yang teranyar, PT Bank Dinar Tbk (DNAR) dan PT Sitara Propertindo Tbk (TARA) menjadi emiten ke 17 dan 18 tahun ini.
Saham kedua emiten pun masuk jajaran top gainer. Bahkan DNAR kena auto reject atas karena naik 70% ke Rp 187 dari harga perdana Rp 110. Sementara saham TARA naik 69,81% ke Rp 180 dari Rp 106.
DNAR melepas 22,22% saham atau 500 juta saham di Rp 110 per saham. Dengan begitu, DNAR meraup Rp 55 miliar dari hajatan IPO saham. Sementara TARA melepas 4 miliar saham baru setara 39,96% dari modal disetor dan ditempatkan. Sehingga dana IPO Rp 424 miliar.
Beberapa saham yang baru listing pekan ini pun terlihat moncer. Tengok saja Jumat (11/7), harga saham PT Magna Finance Tbk (MGNA) yang masih naik 12,38% ke Rp 118 dibanding harga IPO di Rp 105 per saham. Sementara itu, saham PT Batavia International (BPII) naik 4% ke Rp 520 dari harga IPO Rp 500. Begitu juga PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) yang masih naik 0,76% ke Rp 1.310 dari Rp 1.300 per saham.
Para analis menilai, kenaikan harga saham emiten anyar tersulut euforia kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pekan ini, IHSG naik 2,58% ke 5.031,6. Analis AAA Asset Management, Akuntino Mandhany menambahkan, pekan ini, rilis data ekonomi Indonesia cukup baik.
Selain itu menurut Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities menilai, fundamental perusahaan menjadi pertimbangan pemilihan saham IPO. Saham bank dan properti masih jadi pilihan. Meski belakangan terimbas sentimen negatif.
Pelaku pasar juga tidak menyukai saham pertambangan seperti MBAP. "Banyak investor yang menggenggam saham saat debut perdana saja, bukan untuk jangka panjang," imbuh Reza. Karena itu, di hari pertama yakni Kamis (10/7), saham MBAP ditutup stagnan di Rp 1.300 padahal sebelumnya berada di Rp 1.440 per saham.
Investor juga menyukai, saham baru karena valuasi yang murah di sektornya. Tak heran, saham anyar diklaim kelebihan permintaan alias oversubscribed. Saham DNAR misalnya oversubscribed 10 kali dan saham BPII oversubscribed dua kali.
Tak likuid
Meski demikian Akuntino menyarankan, investor tetap cermat. Pasalnya, beberapa saham baru tak likuid. Saham DNAR misalnya, hanya ditransaksikan 77 kali dengan volume 23.247 lot. Begitu pula, saham BPII yang hanya ditransaksikan dengan volume 2.852 lot dan frekuensi 63 kali. "Jadi naiknya saham IPO di hari pertama tidak menjadi jaminan saham tersebut akan perform dalam jangka panjang," ujar Akuntino.
Kalau menurut Reza, saham TARA masih layak untuk koleksi jangka panjang. "Saham ini masuk di industri yang perdagangan sahamnya likuid," tambah dia. Selain itu, TARA menargetkan akuisisi 200 hektare (ha) lahan baru di Jakarta dari dana IPO. TARA juga akan menyetor modal di beberapa entitas anak. Sementara DNAR akan menambah cabang dan ekspansi kredit.
Pada semester II masih ada beberapa calon emiten lain yang siap melantai di bursa. Misalnya saja, anak usaha PT Tiga Pilar Sejahter Food (AISA), Golden Plantation, Grup Blue Bird, dan Toko Buku Kharisma.
Menurut Reza, prospek emiten yang akan IPO ini juga akan bergantung momentum pasar. "Harapannya usai pemilu kondisi pasar makin baik," kata Reza. Ia menyukai saham sektor perbankan dan konsumer.
Akuntino juga bilang, di semester II ini, ekonomi makro Indonesia mulai membaik, sehingga IHSG bakal berlari lebih kencang. Namun, ia menyarankan, tetap melihat fundamental perusahaan yang akan listing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News