Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan pemotongan ayam broiler yakni PT Dewi Shri Farmindo Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada awal perdagangan perdana, harga saham emiten dengan kode DEWI ini melesat 26% ke harga Rp 126 per saham.
Dewi Shri Farmindo menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan melepas sejumlah 700 juta saham. Besaran saham itu setara dengan 35% dari modal ditempatkan dan disetor DEWI.
Emiten ini memperoleh dana segar Rp 70 miliar dari hajatan IPO. Perusahaan ini menunjuk PT KGI Sekuritas Indonesia dan PT Binaartha Sekuritas selaku joint lead underwriter.
Baca Juga: BEI Masih Mengantongi 37 Calon Emiten Dalam Pipeline IPO
Aditiya Fajar Junus, Direktur Utama Dewi Shri mengatakan, langkah DEWI masuk bursa melalui IPO adalah bagian dari strategi meningkatkan kualitas dalam mengelola perkandangan, meningkatkan fokus pada high value customers, misalnya restoran dengan jumlah jaringan pemasaran yang cukup besar seperti fast food. Dia menambahkan langkah IPO juga meningkatkan quality assurance programs, serta meningkatkan profitibilitas melalui vertical integrations.
Aditiya meyakini, bisnis ayam broiler ini memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Berdasarkan rencana strategis Direktorat Jendral Peternakan & Kesehatan Ayam, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, investasi sub sektor peternakan terlihat tumbuh positif pada periode 2015-2019 yaitu dari Rp 326,4 miliar menjadi Rp 1,50 triliun, secara kumulatif meningkat sebesar Rp 726,8 miliar.
Baca Juga: Mencermati Calon Emiten Baru BEI
Aditiya mengemukakan, populasi ayam broiler meningkat pesat, rata-rata sebesar 11,45% per tahun sejak tahun 1984. Pada tahun 2019, populasi ayam broiler di Indonesia mencapai 3,17 miliar ekor dan konsumsi daging ayam broiler naik menjadi 5,69 kg per kapita per tahun. Angka 5,69 kg per kapita per tahun hanya merupakan konsumsi di dalam rumah tangga.
"Akan jauh lebih tinggi jika di tambah jumlah konsumsi yang terdapat di pengusaha kuliner seperti rumah makan, warung, restoran dan hotel," ujar dia, Senin (18/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News