Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini Jumat (21/10) harga saham PT Bank Mandiri Tbk mencapai harga tertinggi dalam sejarah menembus level all time high (ATH) yakni Rp 10.350 per saham, naik 4,55% atau 450 poin dari harga pada perdagangan sebelumnya yakni Rp 9.900.
Dengan pencapaian harga tertinggi ini maka bank pelat merah berkode saham BMRI ini mencatatkan kapitalisasi pasar sebesar Rp 462 triliun atau nomor ketiga setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Pada awal perdagangan, harga saham BMRI dibuka di atas harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 10.000 per saham. Saham BMRI sempat menyentuh harga tertinggi Rp 10.450 dan harga terendah Rp 9.925 per saham.
Adapun saham BMRI ditutup naik Rp 450 dalam sehari. Pada saat penutupan, harga saham BMRI tercatat permintaan (bid) tertinggi Rp 10.325 per saham.
Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah saham BMRI di Rp 10.350 per saham. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BMRI mencapai Rp 945,30 miliar.
Baca Juga: Saham BMRI Mencapai Rekor Tertinggi Rp 10.350 Kapitalisasi Tembus Rp 462 triliun
Melihat hal ini, Analis Senior CSA Research Institute yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan bahwa tampaknya pelaku pasar mengantisipasi perkiraan akan adanya kenaikan kinerja di rilis kinerja keuangan dan operasional di kuartal III/2022.
"Pada periode ini kan suku bunga belum mengalami kenaikan dan bisa jadi BMRI masih menggunakan tingkat suku bunga pinjaman & kredit yang sebelumnya sehingga masih menarik minat dari masyarakat unutk menggunakan layanan dari BMRI," kata Reza kepada kontan.co.id, Jumat (21/10).
Menurutnya, jika melihat tren ini, balik lagi ke pergerakan harga saham secara umum, yang naik belum tentu akan naik terus, begitu pun sebaliknya.
Karena kata Reza harga saham BMRI ini cenderung karena adanya perkiraan, maka nanti bisa dilihat bagaimana realisasi dari kinerja tersebut. Reza menyebut, biasanya setelah emiten merilis kinerjanya, harga saham bisa saja turun.
Hal ini bukan karena kinerjanya yang kurang baik, tapi karena apa yang menjadi ekspektasi pelaku pasar sudah terealisasi alias pada profit taking.
"TPP untuk BMRI jika mampu bertahan di atas level 10.000 maka TP berikutnya ke 11.500," ujarnya.
Di kuartal kedua sendiri, BMRI memang tercatat berhasil membukukan peningkatan laba bersih mencapai Rp 20 triliun, meningkat 61% secara YoY dari periode yang sama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News