kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga perak berpeluang rebound di semester II-2019, ini penopangnya


Selasa, 02 Juli 2019 / 06:45 WIB
Harga perak berpeluang rebound di semester II-2019, ini penopangnya


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya pergerakan harga perak sepanjang semester I-2019, dinilai akan segera berakhir. Hal ini didukung membaiknya sentimen penggerak harga perak, seperti perang dagang antara AS dan China, serta isu geopolitik.

Asal tahu saja, berdasarkan data Bloomberg Jumat (28/6), selama semester I-2019 harga perak untuk kontrak pengiriman Juli 2019 terkoreksi 2,92% dari US$ 15,797 per ons troi di 31 Desember 2018 menjadi US$ 15,341 per ons troi di 28 Juni 2019. 

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, turunnya harga perak dalam semester I-2019 dikarenakan munculnya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, serta masalah geopolitik yang terjadi di beberapa negara, termasuk rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (EU) yang hingga saat ini belum ada kepastian lebih lanjut. 

"Kami lihat di semester I-2019 ini banyak kejadian yang relatif membingungkan, akibat cuitan Presiden AS Donald Trump di media sosial yang berganti-ganti," jelas Ibrahim kepada Kontan.co.id Minggu (30/6).

Tarik ulur mengenai tarif impor dari AS untuk China membuat pasar kebingungan menebak perkembangan kondisi ke depan. Apalagi muncul pernyatan dan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) yang mengingatkan kepada bank sentral dunia, bahwa sentimen perang dagang mampu melambatkan ekonomi dunia. 

Jika hal tersebut terjadi, tentunya negara berkembang atau emerging market akan terkena dampak. Ibrahim mengatakan, itu sudah terbukti saat ini, di mana produk industri dan manufaktur China, Jepang, Korea dan India cenderung menunjukkan kinerja lesu, begitu juga dengan Eropa. 

Calon pengganti Perdana Menteri Inggris Theresa May yakni Boris Jhonson cenderung pro pada rencana Inggris keluar tanpa syarat. Hal tersebut memungkinkan perusahaan UE keluar dari Inggris, sehingga salah satu upaya untuk mempertahankan investasi berada di Negeri Ratu Elisabeth yakni dengan menaikkan suku bunga acuan  Bank Sentral Inggris (BoE). 

"Kondisi tersebut membuat harga perak cenderung fluktuasi dan bahkan cenderung turun terus. Ditambah lagi, kalau orang mau beli juga susah, karena peredaran uang berkurang karena kondisi tersebut," jelasnya. 

Meskipun begitu, di semester II-2019 Ibrahim optimistis harga perak bisa kembali rebound, begitu juga dengan harga paladium yang sudah tumbuh cukup tinggi. Hal ini didukung meredanya sentimen perang dagang AS dan China, usai pertemuan G20 di Osaka, Jepang pekan lalu. 

"Di semester II-2019 kelihatannya harga perak akan bisa kembali menguat, meskipun tidak akan sesignifikan harga emas yang merupakan safe haven," tandasnya. 

Untuk itu, Ibrahim merekomendasikan buy untuk perak saat ini, dengan perkiraan harga perak akan berada di rentang US$ 14 per ons troi hingga US$ 17,50 per ons troi hingga akhir tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×