Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan konflik geopolitik menyokong penguatan harga emas meski ada bayang pelemahan permintaan akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
Komite penentuan suku bunga (FOMC) berpandangan dovish. Suku bunga Federal Funds Rate (FFR) pelaku pasar proyeksikan akan menurun. Hal tersebut mengindikasikan perekonomian AS cenderung bergerak melemah.
Tak hanya AS, sebelumnya lembaga internasional, Dana Moneter Internasional (IMF) juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Risiko turunnya permintaan pada logam mulia pun timbul. Namun, risiko tersebut analis proyeksikan tidak akan mengganggu penguatan harga emas.
Tercatat, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2019 di Commodity Exchange menguat 2,74% ke US$ 1.3885 per ons troi. Harga tersebut merupakan harga tertinggi sejak Januari 2018.
Sementara, pertumbuhan harga emas Antam capai level tertinggi dengan naik Rp 10.000 dan menyentuh Rp 694.000 per gram. Dalam sepekan harga emas Antam naik Rp 19.000 dan sejak awal tahun tumbuh Rp 27.000.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim memproyeksikan harga emas akan terus berlanjut menguat. Mengenai kekhawatiran permintaan global, Ibrahim opstimistis dengan adanya rencana pertemuan AS dengan China untuk membahas persoalan perang dagang, pelaku pasar masih memiliki harapan bahwa harga emas bisa naik.
Jika perang dagang menghasilkan win win solution bagi kedua negara maka China sebagai negara konsumen komoditas besar bisa meningkatkan harga emas.
Senada, Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan jika industri di China kembali bangkit karena perang dagang AS dan China mereda maka harga emas bisa bergerak naik. "Harapan baru muncul apa yang ditakutkan IMF bisa mereda," kata Deddy.
Apalagi, ke depan suku bunga FFR makin terkonfirmasi akan turun. Belum lagi, konflik AS dengan beberapa negara lain juga menjadikan pelaku pasar mengoleksi emas sebagai aset safe haven.
Namun, Ibrahim menyebut masalah Brexit bisa membuat harga emas berfluktuasi dan terjadi koreksi.
Ibrahim memproyeksikan harga emas global bisa capai US$ 1.400 per ons troi di akhir tahun, sementara harga emas antam bisa mencapai sekitar Rp 739.000 per gram dengan nilai tukar rupiah di Rp 14.200 per dollar AS.
Deddy juga memproyeksikan harga emas Antam berpotensi menguat meski rupiah kini cenderung bergerak menguat. Kamis (20/6) rupiah tercatat menguat 0,61% ke Rp 14.182 per dollar AS di pasar spot.
Menurut Deddy, kini pelaku pasar masih berpandangan lebih aman mengoleksi safe haven karena nilai tukar rupiah masih bergerak konsolidasi. "Pelaku pasar masih cenderung berhati-hati di tengah sentimen negatif defisit neraca perdagangan dalam negeri yang semakin melebar," kata Deddy.
Lagi pula, Deddy mengamati saat ini, harga emas Antam condong mengikuti harga emas global ketimbang terpengaruh pada nilai tukar rupiah.
Deddy memproyeksikan jika harga emas global mampu mencapai US$ 1.400 per ons troi, harga emas Antam berpotensi naik ke Rp 700.000 per gram dengan kondisi rentang rupiah di Rp 14.200 per dollar AS hingga Rp 14.500 per dollar AS.
Sentimen yang mempengaruhi harga emas juga berpengaruh sama pada pergerakan harga logam mulia lainnya. Tercatat, harga perak kontrak Juli 2019 naik 2,65% ke US$ 15.355 per ons troi. Kompak, harga platinum kontrak Juli 2019 juga naik 2,10% menjadi US$ 822,70 per ons troi dan harga palladium naik 1% ke US$ 1.057 per ons troi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News