Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pergerakan harga logam industri termasuk nikel kembali berpendar. Koreksi dollar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan permintaan yang disinyalir mulai menyusupi pasar global dinilai jadi penopang utama melesatnya harga nikel.
Mengutip Bloomberg, Senin (20/6) 11.14 am Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 1,8% di level US$ 9.225 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Selain karena permintaan yang dinilai meningkat, harga nikel juga terangkat oleh pasokan yang dikhawatirkan menyusut. Menurut Bloomberg survey, kekhawatiran akan Brexit tidak hanya menaikkan pamor aset safe haven tapi juga komoditas. Itu yang bisa jadi faktor kuat untuk menerbangkan harga nikel.
Pernyataan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte yang menyampaikan apabila di Filipina ada tambang yang operasionalnya membahayakan lingkungan diwajibkan untuk memperbaharui proses operasi dengan yang lebih ramah lingkungan atau menutup tambangnya.
Jelas ini menjadi batu ganjalan bagi para produsen tambang karena seperti yang diketahui untuk beralih ke sistem ramah lingkungan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“komentar tersebut membuat harga nikel untuk jangka pendek masuk dalam tren bullish karena kekhawatiran menyusutnya produksi dan pasokan global,” kata Celia Wang, Researcher Shanghai based trading house Grand Flow Resources Co., seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (20/6).
Belum lagi dari sisi permintaan, proyek Tsingshan di Indonesia diprediksi akan meningkatkan permintaan. Direncanakan Tsingshan Holding Group Co akan memulai tambang bajanya dengan kapasitas produksi 1 juta ton di Sulawesi Indonesia. Tentunya ini bisa menyerap pasokan nikel yang ada dan mendongkrak harga nikel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News