Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel tengah tertekan potensi penurunan permintaan dari China. Tren pelemahan ini diperkirakan bisa berlanjut hingga akhir tahun 2017. Analis menebak, komoditas logam industri itu sulit kembali masuk ke level harga US$ 12.000 per metrik ton.
Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, di sisa waktu yang hanya tinggal sebulan seperti sekarang ini, kemungkinan harga nikel hanya akan bergerak di kisaran US$ 11.000 saja. Menurut dia, tekanan penurunan permintaan dari China masih cukup memberi katalis negatif terhadap pergerakan harga.
“Kemungkinan di akhir tahun hanya berada di rentang US$ 11.000 – US$ 11.100 per metrik ton,” tebak Andri.
Menurut Andri, nikel baru bisa kembali masuk ke level US$ 12.000 per metrik ton di tahun 2018 nanti. Penguatan nikel akan didorong oleh perkembangan industri kendaraan listrik dan kenaikan pajak pertambangan di Filipina.
Kebutuhan nikel untuk mobil listrik dinyakini masih cukup signifikan dan kenaikan pajak Filipina berpotensi menurunkan pasokan. “Tapi tahun depan penguatan dibayangi ketidakpastian pertumbuhan ekonomi China. Kalau memburuk ini bisa mempengaruhi harga nikel,” imbuh Andri.
Secara teknikal, kata Andri, saat ini harga nikel telah berada di atas garis moving average (MA) 50 dan MA 100 yang mengindikasikan penguatan dalam jangka pendek dan jangka menengah. Namun untuk jangka panjang, harga menunjukkan sinyal pelemahan karena berada di bawah garis MA 200.
Sementara indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif dan stochastic di level 62,5 mengisyaratkan penguatan. Indikator relative strength index (RSI) berada di garis netral level 52,5.
Untuk Rabu (28/11) diperkirakan harga nikel akan berbalik menguat di area US$ 11.270–US$ 11.470 per metrik ton. Kemudian sepekan berikutnya, harga bisa berada di rentang US$ 11.200–US$ 11.800 per metrik ton.
Mengutip Bloomberg, Senin (27/11), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange merosot 3,86% ke level US$ 11.570 per metrik ton. Jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya hanya terkoreksi 0,77%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News