kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga nikel masih berpotensi naik


Rabu, 13 Agustus 2014 / 07:33 WIB
Harga nikel masih berpotensi naik
ILUSTRASI. Move to Heaven, salah satu drama Korea dibintangi Lee Je Hoon yang menampilkan karakter dengan pekerjaan uniknya sebagai pembersih TKP.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Harga nikel masih bergerak dalam tren positif dan berpotensi menuju ke level US$ 20.000 per metrik ton pada sisa tahun ini. Kenaikan harga ditopang oleh larangan ekspor mineral mentah di Indonesia. Selain itu, hambatan pasokan nikel juga terjadi akibat konflik geopolitik di Ukraina.

Mengutip Bloomberg, Selasa (12/8) pukul 16:26 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) sebesar
US$ 18.660 per metrik ton, naik tipis 0,05% dibandingkan hari sebelumnya. Ini kenaikan harga tiga hari perdagangan secara berturut-turut.

Analis komoditas PT Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, secara umum prospek harga nikel pada tahun ini masih bagus. Larangan ekspor mineral mentah di Indonesia mampu menghambat laju suplai nikelĀ  dunia. Akibatnya harga nikel sepanjang tahun ini terkerek. "Kebijakan ini masih menjadi sentimen positif bagi nikel," kata Wahyu.

Kenaikan harga nikel juga telah mendorong sejumlah perusahaan membuka kembali pertambangan yang terbengkalai. Mereka di antaranya adalah Avebury Nickel Mines Ltd, Poseidon Nickel Ltd dan Panoramic Resources Ltd.

Avebury yang berbasis di Perth berencana membuka pertambangan di Tasmania, yang tidak digarap selama enam tahun. Sedangkan Poseidon dan Panoramic sedang menyiapkan produksi pertambangan di Australia Barat.

Mengutip Bloomberg, OAO GMK Norilsk Nickel yang merupakan pemasok nikel terbesar di dunia menyebutkan, kemungkinan akan ada lebih banyak produsen yang mengaktifkan kembali fasilitas pertambangan mereka. Perlu diketahui, harga nikel tahun ini sempat terbang hingga ke level US$ 21,625 per metrik ton, akibat larangan ekspor mineral mentah di Indonesia.

Langkah pembukaan kembali pertambangan nikel seperti dilakukan Avebury, menurut Wahyu, untuk menambah suplai nikel. "Masih ada ruang untuk penambahan produksi," ujar Wahyu.

Menurut dia, penguatan harga nikel juga disokong oleh ancaman gangguan suplai dari Rusia. Akibat konflik geopolitik dengan Ukraina, ekspor nikel dari Rusia ke Eropa terganggu. Selain itu, ada harapan permintaan nikel dari China akan naik seiring membaiknya perekonomian negara tersebut.

Akhir pekan lalu, rilis data Consumer Price Index (CPI) China pada bulan Juli 2014 sebesar 2,3% tidak berubah dari bulan sebelumnya. Selanjutnya, pasar menanti data produksi industri China yang akan dirilis hari ini.

Wahyu memprediksi, harga nikel tahun ini masih berpotensi menyentuh US$ 20.000 per metrik ton. SedangkanĀ  sepekan ke depan, harga nikel konsolidasi di US$ 18.400-US$ 19.000 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×