Reporter: Dyah Megasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi bursa saham yang carut marut membuat harga komoditi turut terseret jatuh. Salah satunya adalah nikel. Saat ini, harga nikel berada pada posisi US$ 8,5 per pound. Bahkan, pada akhir tahun nanti, harga nikel diprediksikan bakal bertengger pada level US$ 9 hingga US$ 10 per pound.
Turunnya harga nikel tersebut, sudah pasti membuat PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pusing tujuh keliling. Pasalnya, produk utama Aneka Tambang adalah nikel. Untuk menyiasati keadaan itu, kini, manajemen Antam menjalankan beberapa strategi khusus.
Ada dua langkah besar yang tengah dipersiapkan Antam. Pertama, efisiensi biaya operasional dengan memotong 10% biaya produksi yang dianggarkan hingga akhir tahun. "Ini memang sangat berat, namun akan kita usahakan seoptimal mungkin," ujar Direktur Utama Antam Alwin Syah Loebis. Kedua, Antam akan meningkatkan volume penjualan feronikel dari semula yang sebesar 17 ribu ton menjadi 18 ribu ton. Langkah ini bertujuan untuk menjaga performa Antam.
Selain harus menghadapi penurunan harga nikel, Antam juga harus menghadapi penurunan harga emas. Hanya saja, biayanya operasional emas tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu mempengaruhi pendapatan Antam. Saat ini, komposisi pendapatan Antam berasal dari nikel 78%, emas 21% dan sisanya dari bauksit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News