kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Nikel Diprediksi Akan Cenderung Volatile Tahun Depan, Ini Deretan Sentimennya


Minggu, 04 Desember 2022 / 20:46 WIB
Harga Nikel Diprediksi Akan Cenderung Volatile Tahun Depan, Ini Deretan Sentimennya
ILUSTRASI. Lembaran nikel. REUTERS/Evgenia Novozhenina


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel akan cenderung volatil sepanjang tahun depan, seiring banyaknya sejumlah sentimen yang membayangi komoditas logam ini.

Salah satu sentimen yang membayangi harga nikel adalah potensi terjadinya resesi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap, harga nikel mengalami koreksi setiap kali  periode resesi. 

Misal, pada resesi Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990, 2001, 2008, dan 2020, terjadi penurunan harga nikel dengan kisaran antara 7,4% sampai 67,4% dengan rata-rata penurunan 32,5%, dimana penurunan terbesar terjadi selama resesi tahun 2008.

Namun, Juan memperkirakan adanya kenaikan permintaan nikel di China tahun depan, didukung oleh kenaikan aktivitas manufaktur seiring pemulihan konsumsi baja nirkarat China. Adapun China mencatat kenaikan produksi stainless steel sebesar 31,7% year-on-year (YoY) menjadi 2,4 juta ton pada bulan Oktober. Kenaikan ini terjadi karena pemerintah China telah melonggarkan beberapa aturan terkait Covid-19 yang ketat.

Baca Juga: Bukan Hanya Dolar AS, Ini Pilihan Investasi Valas di Tahun 2023

Sementara dari sisi suplai, industri nikel Indonesia akan terus tumbuh di masa mendatang, mengingat pemerintah menargetkan 30 pabrik pengolahan (smelter) nikel beroperasi pada tahun 2024, dari sebelumnya hanya 19 smelter pada 2020.

Sebagai hasil dari ekspansi yang agresif ini, pemerintah memperkirakan produksi nikel akan mencapai 2,6 juta ton atau naik 12,5% YoY pada tahun ini, dimana produk nickel pig iron (NPI) diperkirakan akan meningkat sebesar 25,0% YoY. Adapun Indonesia sudah menyalip China menjadi produsen NPI terbesar di dunia sejak tahun 2020.

Sentimen dari sektor nikel juga datang dari pengembangan nikel untuk segmen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Juan mencatat, Indonesia telah mengembangkan proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk membuat bahan baku kendaraan listrik.

Saat ini, terdapat tujuh proyek HPAL di Indonesia, dan berpotensi mulai berproduksi pada tahun 2022 hingga 2025 untuk menghasilkan nikel kelas 1.

Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional, Juan melihat perkembangan industri electric vehicle (EV) akan terus meningkat seiring dengan rencana banyak negara untuk melarang penjualan mobil berbasis fosil.

Katalisator utama pertumbuhan tersebut diantaranya komitmen beberapa negara untuk mengurangi emisi karbon dan ekspektasi tren penurunan harga mobil listrik di masa mendatang.

Baca Juga: Harga Batubara di 2023 Diperkirakan Stagnan, Perusahaan Perlu Jaga Kinerja Produksi

“Secara keseluruhan, kami berekspektasi pasar nikel global akan menjadi surplus di 2023 mengingat pertumbuhan kapasitas produksi dari nikel kelas 2 di Indonesia. Namun, kami melihat pasar nikel global dapat berubah menjadi defisit pada 2025, didorong oleh pertumbuhan permintaan yang kuat dari segmen baterai kendaraan listrik,” tulis Juan dalam riset, Rabu (30/11).

Secara keseluruhan, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan harga nikel global akan berada pada level US$ 24.500 per ton di tahun ini dan US$ 22.000 per ton pada 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×