kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.555   0,00   0,00%
  • IDX 6.898   -28,04   -0,40%
  • KOMPAS100 999   -5,31   -0,53%
  • LQ45 772   -4,56   -0,59%
  • ISSI 220   -0,82   -0,37%
  • IDX30 401   -2,06   -0,51%
  • IDXHIDIV20 472   -3,42   -0,72%
  • IDX80 113   -0,56   -0,49%
  • IDXV30 116   0,06   0,06%
  • IDXQ30 130   -0,86   -0,66%

Harga Nikel dan Timah Kian Mengkilap


Rabu, 17 Februari 2010 / 10:28 WIB
Harga Nikel dan Timah Kian Mengkilap


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Dalam lima hari terakhir, harga timah dan nikel terus merangsek naik. Pada Senin (15/2) lalu, harga nikel untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) melompat 3,81% menjadi US$ 19.350 per ton. Ini adalah harga tertinggi nikel sejak Oktober 2009.

Pada saat yang sama, harga timah untuk pengiriman tiga bulan di LME juga naik 1,6% menjadi US$ 16.495 per ton. Meski terus merangkak naik, analis memperkirakan, peningkatan harga komoditas logam tersebut tidak akan berlangsung secara masif.

"Kenaikan harga komoditas terutama karena mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia," kata Analis Indosukses Futures, Herry Setyawan, kemarin (16/2).

Sampai pukul 16.00 WIB kemarin, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Maret 2010 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) naik 0,97% menjadi US$ 74,85 per barel. Pada akhir pekan lalu, harga minyak jenis ini masih bertengger di posisi US$ 74,13 per barel.

Menurut Herry, kenaikan harga nikel dan timah belum dipengaruhi faktor fundamental. Permintaan terhadap kedua komoditas itu belum banyak. Buktinya, Departemen Perdagangan mencatat, ekspor timah Indonesia Januari 2010 justru melorot 20,37% dari Desember 2009 menjadi 6.774,57 ton.

Herry meramal, pengetatan likuiditas di China menyebabkan perbankan di sana ikut mengerem kreditnya. Dus, kondisi itu menahan ekspansi kalangan industri di Negeri Tembok Raksasa itu. "Saat ini, industri akan membeli komoditas kalau mereka butuh. Sebaliknya, jika tidak membutuhkan, mereka akan menahan diri," imbuhnya.

Jika pemulihan ekonomi tak sesuai harapan, Herry meramal, harga timah dan nikel masih akan terkonsolidasi di kisaran US$ 18.750 hingga US$ 20.300 per ton. Harga timah pun akan bergerak dengan kisaran 5% ke atas dan 5% ke bawah dari harga saat ini, atau di level US$ 15.670 hingga US$ 17.320 per ton.

Ibrahim, analis Asia Kapitalindo Futures, menambahkan, kenaikan harga nikel dan timah tak lepas dari pergerakan harga minyak mentah dunia. "Karena yang menjadi patokan harga komoditas saat ini adalah minyak mentah," kata Ibrahim.

Ketika nilai tukar dollar Amerika Serikat melemah, harga minyak dan komoditas lain akan bergerak naik. "Saya memperkirakan kenaikan harga timah dan nikel masih akan berlangsung sepekan ini," kata Ibrahim.

Namun, karena harga minyak juga tidak akan naik terlalu tinggi, kedua komoditas logam ini juga akan bergerak seirama harga minyak mentah. Ibrahim menebak, dalam jangka pendek, kenaikan harga timah dan nikel hanya sebesar US$ 10 per ton.

Tapi, di tengah pasar yang sepi, kebangkitan harga logam itu cukup berimbas ke bursa saham domestik. Kemarin, harga saham produsen timah dan nikel melompat tinggi di Bursa Efek Indonesia.

Harga saham International Nickel Indonesia (INCO), misalnya, naik 4,9% menjadi Rp 3.750 per saham. Harga saham Aneka Tambang (ANTM) juga melesat 5% menuju Rp 2.100 per saham. Kemudian, harga saham Timah (TINS) naik 3,53% menjadi Rp 2.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×