kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga naik tinggi saat listing, waspadai potensi koreksi


Rabu, 16 Mei 2018 / 08:15 WIB
Harga naik tinggi saat listing, waspadai potensi koreksi


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia semakin ramai. Kemarin, PT Royal Prima Tbk (PRIM) resmi mencatatkan saham perdana. PRIM adalah emiten ke-13 yang menggelar IPO pada tahun ini. Dalam debutnya, harga saham PRIM ditutup menanjak 50% menjadi Rp 750 per saham.

Saat listing, harga saham emiten baru umumnya langsung melejit. Berdasarkan penelusuran KONTAN, rata-rata harga saham emiten di hari perdana melejit dua digit. Misalnya, harga Charnic Capital (NICK) yang menanjak 70% saat pencatatan perdana. Harga saham Jaya Trishindo (HELI) juga melonjak 70% di hari perdana diperdagangkan.

Dari 13 emiten baru tahun ini, hanya dua emiten yang harga sahamnya cuma naik tipis di perdagangan perdana. Kedua emiten itu adalah Surya Pertiwi (SPTO) yang naik 2,5%  dan BRI Syariah (BRIS) yang menguat 6,8%.

Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe menyebut, pelaksanaan IPO harus memperhatikan kondisi pasar. "Saat IHSG turun seperti sekarang memang tidak tepat untuk IPO," ujar dia.

Kenaikan tipis harga saham di hari perdana listing bisa terjadi karena saham lebih banyak diserap standby buyer daripada investor publik. Alhasil, harganya sulit terkerek.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio juga menilai harga SPTO cuma naik tipis karena saham yang beredar di publik hanya sedikit. “Kemungkinan SPTO akan mengikuti induknya menjadi saham yang tak likuid, sehingga pasar berekspektasi saham ini tidak menarik diperdagangkan,” kata dia.

Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, pergerakan harga saham yang diperdagangkan di bursa tak hanya bergantung pada kondisi pasar. “Ada banyak variabel, seperti kapitalisasi pasarnya, harga di batas bawah atau atas, juga proyeksi bisnis emiten ke depan,” papar dia.

Selain itu, profil pembeli saham juga akan menentukan pergerakan di hari perdana. “Jika pembelinya kebanyakan investor jangka panjang, harga memang akan susah gerak. Jika pembelinya kebanyakan trading, harga lebih cepat bergerak,” kata Frederik.

Harga saham BRIS tidak banyak bergerak di hari perdana diduga lantaran investor memilih menyimpan saham ini untuk jangka panjang. Fundamental emiten ini memang cukup menarik.

Analis menyebut, meski naik tinggi di hari pertama perdagangan, harga saham akan kembali ke nilai wajar. Misal, harga PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) naik 50% di hari perdana jadi Rp 1.755. Harga GHON sempat mencapai level Rp 2.680. Tapi kemarin GHON ditutup di Rp 1.060 per saham, di bawah  harga IPO.

Tapi ada juga emiten yang harga sahamnya masih positif. PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) IPO dengan harga
Rp 208 per saham. Kemarin, harganya Rp 402 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×