Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak mentah, batubara, dan gas alam diprediksi masih akan meningkat hingga akhir tahun. Kenaikan harga komoditas tersebut diperkirakan akan memantik kenaikan sejumlah komoditas lainnya.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan secara umum tren tiap tahunnya pada Oktober hingga Februari merupakan momentum kenaikan harga komoditas-komoditas tersebut. Ia mencontohkan naiknya harga batubara karena produksi yang terhenti akibat musim penghujan yang menghasilkan sejumlah tambang terendam.
"Padahal tiap tahunnya, China membutuhkan batubara 1 juta ton," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (19/9).
Selain musiman, kenaikan sejumlah komoditas tersebut juga didorong sejumlah sentimen. Misalnya kenaikan gas alam karena kelangkaan pasokan setelah Rusia menutup aliran pipa distribusi gas alam ke Eropa menjadi hanya 30%.
Baca Juga: Pemerintah Akan Menyusun Roadmap Hilirisasi Pasir Kuarsa pada Tahun Ini
Lalu untuk minyak mentah didorong pengurangan produksi negara-negara anggota OPEC+, khususnya Rusia dan Arab Saudi. Selain itu, ia juga melihat ada berita Eropa akan memperketat kembali sanksi ekonomi terhadap Rusia sehingga negara-negara Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) tidak akan membeli komoditas dari Rusia.
Sebagai informasi, pada Selasa (19/9) pukul 19.40 WIB harga minyak mentah tercatat naik 1,57% ke US$ 92,91/Bbl dan sebulan terakhir telah naik 15,91%. Lalu, batubara naik 0,16% ke US$ 160,75/ton dan sebulan naik 7,71%. Kemudian gas alam naik 1,65% ke US$ 2,7730/MMbtu atau naik 1,16 dalam sebulan terakhir.
Kenaikan harga sejumlah komoditas tersebut, khususnya minyak, dinilai dapat memantik kenaikan sejumlah harga komoditas lainnya.
"Pada dasarnya saat harga batubara, minyak, dan gas alam naik maka turunannya yang bersumber dari hard komoditas maka harga akan naik," sebutnya.
Ibrahim melihat sejumlah komoditas yang bakal tersengat, yaitu nikel, timah, aluminium, dan tembaga. Hal ini seiring dengan kebutuhan industri yang meningkat.
Dengan tren bullish harga komoditas dan ditambah sejumlah sentimen saat ini, ia menilai sejumlah komoditas tersebut masih akan mengalami kenaikan harga.
Baca Juga: DPR dan Pemerintah Sepakat Asumsi ICP dan Lifting Minyak Ditingkatkan pada RAPBN 2024
Untuk minyak, ia memperkirakan akan berada di US$ 95/Bbl. Lalu batubara diprediksi ke US$ 210/ton dan gas alam ke US$ 3,2/MMbtu.
Kemudian untuk logam industri seperti nikel diperkirakan menuju ke US$ 22.000/ton, lalu aluminium ke US$ 2.400/ton, tembaga ke US$ 8.600, dan timah diprediksi bakal mencetak rekor tertinggi ke US$ 27.000/ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News