Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren positif terus menyelimuti harga minyak dunia. Pada Jumat (15/5) pukul 18.50 WIB, harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Juni 2020 di New York Mercantile Exchange menguat 1,92% ke level US$ 28,09 per barel.
Sementara dalam sepakan, minyak WTI tercatat sudah menguat 13,5%. Dengan demikian harga minyak WTI ini akan mencatat kenaikan mingguan ketiga secara berturut-turut setelah mencapai level terendah US$ 11,57 per barel pada 21 April 2020 lalu.
Menguatnya harga minyak WTI dipicu oleh kembali naiknya permintaan minyak dari China yang mulai menjalankan aktivitas ekonomi seiring kebijakan lockdown yang dilonggarkan. Analis Barclays Amarpreet Singh menyebut tekanan pasar menyebabkan produsen minyak di seluruh dunia menopang fundamental dan permintaan mulai mengalami kenaikan.
Baca Juga: Rupiah stabil menguat karena kenaikan cadangan devisa dan relaksasi lockdown
Sementara analis Monex Investindo Futures Faisyal menyebut selain permintaan yang meningkat, faktor lain disebabkan oleh adanya dukungan pengurangan produksi dari Arab Saudi, UEA, dan Kuwait. Pengurangan produksi tersebut bahkan di luar kesepakatan OPEC kemarin, dan rencananya akan mulai berlaku sejak Juni nanti.
“Dari Amerika Serikat (AS), diperkirakan produksi minyak akan turun 2,8 juta barel per hari, angka ini jauh lebih tinggi dari tawaran pemangkasan produksi oleh Donald Trump yang hanya 2 juta bph. Ditambah lagi cadangan minyak AS dikabarkan untuk pertama kalinya turun dalam 16 pekan terakhir,” ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (15/5).
Kendati demikian, Faisyal menyebut pekan depan tren positif minyak WTI berpeluang terkoreksi. Pasalnya sentimen ketegangan AS-China yang kembali menguat dan berpotensi mengurangi permintaan dari masing-masing negara. Ditambah lagi para investor akan memanfaatkan kenaikan harga minyak WTI untuk melakukan aksi profit taking.
Baca Juga: Harga minyak WTI melesat 14,59% dalam sepekan, permintaan China meningkat
Selain itu, sentimen perlambatan permintaan secara global akibat virus corona masih akan membayangi. Terlebih lagi muncul kekhawatiran akan adanya gelombang kedua persebaran virus corona.
“Jika ketegangan AS-China memburuk dan gelombang kedua virus corona terjadi, mungkin minyak WTI akan anjlok ke level US$ 15 per barel-US$ 20 per barel pada akhir semester I-2020. Jika ternyata membaik, ada peluang minyak akan berada di level US$ 35 per barel,” tambah Faisyal.
Namun secara jangka panjang, Faisyal justru melihat harga minyak WTI masih dibayang-bayangi sentimen negatif. Khususnya permasalahan kilang minyak yang sudah hampir terisi penuh sementara permintaan belum akan pulih.
“Pada akhirnya produsen minyak harus kembali melakukan pemangkasan produksi besar-besaran lagi. Jika tidak dilakukan, harga minyak bisa kembali ke area di bawah US$ 0 seperti yang lalu imbas kondisi oversupply dan minim permintaan,” pungkas Faisyal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News