Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Tempat penyimpanan terlalu penuh untuk spekulan untuk membeli kontrak ini, dan penyulingan berjalan pada tingkat rendah karena sejumlah negara belum mengangkat kebijakan tetap di rumah," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago . "Tidak banyak harapan bahwa segalanya akan berubah dalam 24 jam."
Harga minyak dunia telah mendapatkan tekanan besar selama berminggu-minggu. Pertama, adanya wabah virus corona yang memangkas tingkat permintaan. Kedua, Arab Saudi dan Rusia terlibat perang harga dengan memompa produksi minyak lebih banyak. Kendati demikian, kedua pihak akhirnya sepakat lebih dari seminggu yang lalu untuk memotong pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bph). Sayangnya, itu tidak akan dengan cepat mengurangi kelebihan pasokan global.
Baca Juga: Harga minyak dunia berpotensi menguji level US$ 10 per barel
Seorang wartawan Wall Street Journal mengatakan di Twitter, Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk menerapkan pemotongan minyak sesegera mungkin, dari rencana semula yakni Mei.
Jika dihitung, harga minyak Brent telah anjlok sekitar 60% sejak awal tahun ini. Sedangkan harga minyak mentah AS turun sekitar 130% ke level di bawah break-even yang diperlukan bagi banyak pengebor serpih. Hal ini menyebabkan penghentian pengeboran dan pemotongan anggaran belanja yang drastis.
Baca Juga: Harga BBM berpeluang turun Rp 1.000 - Rp 1.500 per liter, begini perhitungannya
Ketiga, data ekonomi global yang lemah juga menekan harga minyak. Ekonomi Jerman berada dalam resesi parah dan pemulihan tidak mungkin cepat karena pembatasan terkait virus corona bisa tetap diberlakukan untuk waktu yang lama, kata Bundesbank.
Di sisi lain, ekspor Jepang mengalami penurunan terbesar dalam hampir empat tahun pada Maret karena pengiriman ekspor yang terikat dengan AS, termasuk mobil, turun pada tingkat tercepat sejak 2011.
Raksasa jasa ladang minyak AS Halliburton Co pada hari Senin melaporkan kerugian kuartal pertama sebesar US$ 1 miliar akibat biaya operasional dan menguraikan pemotongan anggaran terbesar di antara perusahaan-perusahaan energi top dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News