kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak WTi ambruk 15,16% sepanjang Januari lalu


Rabu, 05 Februari 2020 / 17:11 WIB
Harga minyak WTi ambruk 15,16% sepanjang Januari lalu
ILUSTRASI. Harga minyak sempat menguat di awal Januari setelah kesepakatan dagang antara AS dan China ditandatangani


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah sepanjang bulan Januari berada dalam tekanan. Mengutip Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2020 di Nymex ambruk 15,16% sepanjang bulan lalu.

Mengingat, pada akhir tahun lalu, harga minyak WTI masih berada di level US$ 60,77 per barel. Sedangkan pada 31 Januari, harga emas hitam ini sudah anjlok ke posisi US$ 51,56 per barel. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, sebenarnya harga minyak sempat perkasa di awal bulan Januari. Hal itu terjadi karena penantian pasar terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China pada ditandatangani pada 15 Januari lalu. 

Baca Juga: Harga minyak kembali menguat menanti rencana OPEC+

Nah, dengan adanya kesepakatan dagang ini, optimisme pasar terhadap ekonomi global membesar. Alhasil, harga komoditas ikut terkerek termasuk dengan minyak.

“Awal Januari pasar positif karena ditandatangani kesepakatan antara AS dan China,” kata dia, Rabu (5/2).

Selain dari kesepakatan dagang, konflik yang terjadi di Timur Tengah turut mendorong harga minyak. Kenaikan harga tersebut memang berisfat jangka pendek dan situasional. Terbukti, harga minyak kembali menurun pada pekan ke empat bulan Januari.

Pelemahan harga minyak dimulai tanggal 20 lalu. Analis PT Finex Berjangka Nanang Wahyudin menyebut, kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona mulai menjadi sentimen utama yang mengikikis harga minyak.

Mengingat, virus corona memiliki efek domino kepada beberapa sektor yang akhirnya memperburuk harga minyak.

”Harga minyak mentah dunia terus jatuh, dipicu kecemasan akan penyebaran wabah virus corona dari Wuhan. Bahkan dapat melumpuhkan ekonomi dan mengancam permintaan energi dunia,” terangnya.

Pertama, munculnya virus corona membuat investor beralih ke aset aman seperti emas dan meninggalkan aset berisiko yang memiliki potensi volatilitas tinggi seperti minyak.

Baca Juga: Harga minyak melambung lebih dari 1% menunggu pertemuan OPEC+

Kedua, virus corona memaksa negara-negara di dunia untuk membatasi penerbangan dari dan menuju China karena ketakutan terhadap virus corona. Hal ini membuat permintaan minyak sebagai sumber energi menjadi terluka. Alhasil, pasokan minyak global turut membengkak mengakibatkan harga minyak terus anjlok.

Walaupun negara-negara yang tergabung dalam OPEC+ mengambil kebijakan untuk memangkas produksi minyak hingga 1,7 juta barel per hari guna mengurangi pasokan minyak global, namun jumlah produksi minyak yang tinggi dari Negeri Paman Sam membuat kebijakan tersebut seakan sia-sia. AS dapat mengisi jumlah produksi minyak yang dipangkas oleh OPEC+.

Baik Ibrahim dan Nanang memprediksi harga minyak masih berpotensi turun lebih jauh hingga akhir tahun. Keduanya sepakat jika kondisi global masih mengkhawatirkan bukan tidak mungkin harga minyak akan turun lebih rendah lagi.

Ibrahim memperkirakan harga minyak akan bergerak pada rentang US$ 44 hingga US$ 58 per barel sampai akhir tahun. Sedangkan, Nanang memprediksi harga minyak dapat menyentuh US$ 46 hingga US$ 65 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×