Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun di hari ketiga berturut-turut pada Kamis (1/6) pagi. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dan data yang lemah dari importir minyak utama China meningkatkan kekhawatiran permintaan.
Kamis (1/6) pukul 7.18 WIB, harga minyak WTI kontrak Juli 2023 di New York Mercantile Exchange turun 0,53% ke US$ 67,73 per barel dari posisi kemarin US$ 68,09 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2023 di ICE Futures turun 0,51% ke US$ 72,23 per barel.
Aktivitas manufaktur China pada bulan Mei berkontraksi lebih cepat daripada prediksi karena melemahnya permintaan. Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi turun menjadi 48,8 dari 49,2 pada bulan April. Hasilnya jauh lebih rendah ketimbang perkiraan 49,4.
Baca Juga: Hati-Hati! Ada Potensi Kenaikan Inflasi Dipicu Meroketnya Harga Pangan
Tekanan lebih lanjut datang karena dolar AS naik ke level tertinggi dalam lebih dari dua bulan. Penguatan nilai tukar dolar AS membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain dan membebani permintaan minyak.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, mendapat dukungan dari pendinginan inflasi Eropa dan kemajuan kebuntuan plafon utang AS, yang akan diajukan ke DPR untuk diperdebatkan pada hari Rabu.
Dolar dapat menambah penguatan jika angka non-farm payrolls AS bulan Mei lebih kuat dari yang diperkirakan dan meningkatkan kemungkinan Federal Reserve menaikkan suku bunga lagi di bulan Juni.
Baca Juga: Kontrak Tiga Blok Migas Baru Diteken, Komitmen Investasi Tembus US$ 22,7 Juta
Para pelaku pasar bersiap untuk pertemuan OPEC+ pada 4 Juni mendatang, termasuk Rusia. Sinyal beragam oleh produsen utama OPEC+ tentang apakah kelompok tersebut akan memutuskan untuk memangkas produksi minyak lebih lanjut atau tidak telah memicu volatilitas harga minyak baru-baru ini.
Terlepas dari penurunan harga terbaru, prospek fundamental pasar minyak tetap ketat, kata analis pasar minyak PVM Stephen Brennock.
"Tindakan yang paling mungkin adalah kelambanan," kata Brennock kepada Reuters, mengenai keputusan OPEC+.
Secara terpisah, stok minyak mentah dan bensin AS terlihat turun minggu lalu. Sementara persediaan sulingan kemungkinan meningkat, jajak pendapat Reuters awal menunjukkan pada hari Selasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News