CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Harga Minyak Turun Lagi Setelah Rebound Sehari


Kamis, 18 Agustus 2022 / 07:45 WIB
Harga Minyak Turun Lagi Setelah Rebound Sehari
ILUSTRASI. Kamis (18/8) pukul 7.35 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2022 turun 0,52% ke US$ 87,65 per barel.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun lagi setelah menguat pada perdagangan kemarin. Kamis (18/8) pukul 7.35 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2022 di New York Mercantile Exchange turun 0,52% ke US$ 87,65 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Oktober 2022 di ICE Futures melemah 0,38% ke US$ 93,29 per barel. Harga minyak acuan turun setelah kemarin naik 1,5% dari level terendah dalam enam bulan terakhir. 

Stok minyak mentah AS turun 7,1 juta barel dalam seminggu hingga 12 Agustus menjadi 425 juta barel. Data Energy Information Administration (EIA) ini jauh lebih besar ketimbang perkiraan analis untuk penurunan 275.000 barel dalam jajak pendapat Reuters.

Ekspor minyak mentah AS mencapai 5 juta barel per hari, rekor tertinggi, data EIA menunjukkan, karena WTI telah diperdagangkan dengan diskon tajam ke Brent, membuat pembelian minyak mentah AS lebih menarik bagi pembeli asing.

Baca Juga: Harga Emas Menguat Hari Ini Setelah Turun Tiga Hari Beruntun

"Beberapa kekhawatiran kehancuran permintaan yang dialami pasar tampaknya sedikit berkurang," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures kepada Reuters.

Minyak telah melonjak pada tahun 2022, mendekati level tertinggi sepanjang masa US$ 147 per barel pada bulan Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina. Namun, Rusia telah mulai secara bertahap meningkatkan produksi minyak setelah pembatasan terkait sanksi dan karena pembeli Asia telah meningkatkan pembelian, membuat Moskow meningkatkan perkiraan untuk produksi dan ekspor hingga akhir 2025.

Pendapatan Rusia dari ekspor energi diperkirakan naik 38% tahun ini sebagian karena volume ekspor minyak yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pasokan dari Rusia itu tidak terpengaruh sebanyak yang diperkirakan pasar semula.

Baca Juga: Tetap Bullish pada Industri Energi, Ini Kutipan Terbaik Warren Buffett Soal Minyak

Kekhawatiran resesi yang bisa menurunkan permintaan masih membayangi pergerakan harga minyak. Prospek resesi juga baru-baru ini membebani harga minyak. Inflasi harga konsumen Inggris melonjak menjadi 10,1% pada Juli, tertinggi sejak Februari 1982, mengintensifkan tekanan pada rumah tangga, dan mendorong harga minyak lebih rendah.

"Ada risiko penurunan yang meningkat sebagai akibat dari prospek pertumbuhan dan ketidakpastian yang sedang berlangsung di sekitar pembatasan Covid  China," kata Craig Erlam dari broker OANDA.

Di sisi pasokan minyak, pasar sedang menunggu perkembangan dari pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang pada akhirnya dapat mengarah pada peningkatan ekspor minyak Iran.

Baca Juga: Pelonggaran Ekspor Menyuburkan Harga CPO dan Prospek Produsen Sawit

Uni Eropa dan Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka sedang mempelajari tanggapan Iran terhadap apa yang disebut UE sebagai proposal final untuk menyelamatkan kesepakatan.

Analis di Goldman Sachs mengatakan kembalinya pasokan minyak mentah Iran akan mengurangi perkiraan harga minyak 2023 mereka sebesar US$ 5-US per barel dari US$ 125 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×