Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak diperkirakan akan turun sekitar 10% pada akhir tahun 2023. Ini adalah penurunan tahunan pertama harga minyak dalam dua tahun. Kekhawatiran geopolitik, pengurangan produksi, dan langkah-langkah global untuk mengendalikan inflasi memicu fluktuasi harga yang liar.
Minyak mentah berjangka Brent naik 33 sen atau 0,4% menjadi US$ 77,48 per barel pada Jumat (29/12) pukul 14.56 WIB, hari perdagangan terakhir tahun 2023. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 20 sen atau 0,3% lebih tinggi dengan harga US$ 71,97 per barel.
Pada hari Jumat, harga minyak stabil setelah turun 3% pada hari sebelumnya karena semakin banyak perusahaan pelayaran bersiap untuk transit di rute Laut Merah. Perusahaan-perusahaan besar telah berhenti menggunakan rute Laut Merah setelah kelompok militan Houthi di Yaman mulai menargetkan kapal-kapal.
Baca Juga: Bursa Australia Raih Kenaikan Bulanan Terbaik dalam 3 Tahun, Menutup 2023 Naik 8%
Namun, kedua tolok ukur harga minyak tersebut berada di jalur yang tepat untuk ditutup pada level terendah pada akhir tahun sejak tahun 2020, ketika pandemi ini melemahkan permintaan dan membuat harga merosot.
Pengurangan produksi yang dilakukan OPEC+ terbukti tidak cukup untuk menopang harga. Penurunan harga minyak acuan hampir 20% dari level tertinggi tahun ini.
Kinerja minyak yang lemah pada akhir tahun kontras dengan pasar saham global yang berada pada jalur untuk mengakhiri tahun 2023 dengan lebih tinggi.
Indeks ekuitas MSCI, yang melacak saham di 47 negara, naik sekitar 20% dari awal tahun ini. Investor meningkatkan pertaruhan terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat (AS) pada tahun depan.
Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Tipis di Pagi Ini, Berada di Jalur Koreksi Tahunan
Di pasar mata uang, dolar melemah dan menuju penurunan 2% tahun ini setelah dua tahun menguat.
Perkiraan penurunan suku bunga, yang dapat mengurangi biaya pinjaman konsumen di wilayah konsumen utama, dan melemahnya dolar, yang membuat minyak lebih murah bagi pembeli asing, dapat meningkatkan permintaan pada tahun 2024, kata para pejabat industri.
Survei Reuters terhadap 30 ekonom dan analis memperkirakan harga minyak mentah Brent rata-rata US$ 84,43 per barel pada tahun 2024, dibandingkan dengan rata-rata sekitar US$ 80 per barel tahun ini dan nilai tertinggi di atas US$ 100 pada tahun 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News