kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga Minyak Turun, Ekspektasi Kenaikan Bunga AS Mengimbangi Pasokan yang Ketat


Kamis, 21 September 2023 / 14:43 WIB
Harga Minyak Turun, Ekspektasi Kenaikan Bunga AS Mengimbangi Pasokan yang Ketat
ILUSTRASI. Ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) mengimbangi dampak penurunan stok minyak mentah AS.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun di awal perdagangan Asia pada hari Kamis setelah mencatat penurunan terbesar dalam sebulan pada perdagagan kemarin. Ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) mengimbangi dampak penurunan stok minyak mentah AS.

Kamis (21/9) pukul 12.08 WIB, harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman November turun 71 sen atau 0,76% menjadi US$ 92,82 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 70 sen atau 0,78% menjadi US$ 88,96 per barel, terendah sejak 14 September.

"The Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan FOMC kemarin, seperti yang diperkirakan secara luas. Namun, hal itu masih dipandang sebagai jeda yang hawkish, yang memberikan tekanan pada aset-aset berisiko seperti minyak," kata analis ING dalam catatan klien yang dikutip Reuters.

Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Bank sentral AS memperketat sikap hawkish dengan proyeksi kenaikan suku bunga pada akhir tahun yang dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar secara keseluruhan.

Baca Juga: BI Prediksi The Fed Akan Kerek Suku Bunga Acuan November 2023 Mendatang

Para pengambil kebijakan The Fed masih melihat kisaran suku bunga acuan bank semalam mencapai puncaknya tahun ini pada 5,50% hingga 5,75%, seperempat poin persentase di atas kisaran saat ini.

Sikap hawkish juga menyebabkan dolar AS melonjak ke level tertinggi sejak awal Maret, memberikan tekanan turun pada harga minyak. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat komoditas seperti minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Pasar energi tidak banyak bereaksi terhadap data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu yang menunjukkan persediaan minyak mentah turun sesuai ekspektasi minggu lalu. Beberapa analis mengatakan penurunan tersebut lebih kecil dari perkiraan mereka.

Data EIA menunjukkan stok AS turun 2,14 juta barel pada minggu lalu, jauh di bawah penurunan 5,25 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute. "Penurunan persediaan yang mengecewakan memberikan dorongan bagi para pedagang untuk mengunci keuntungan menyusul kenaikan 10% sejak awal tahun ini. bulan ini," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Subsidi Energi di Tahun 2024 Capai Rp 189,10 Triliun, Ini Kata BKF

Penurunan stok terutama didorong oleh kuatnya ekspor minyak. Sementara persediaan bensin dan solar berkurang karena penyulingan memulai pemeliharaan tahunan pada musim gugur, kata EIA dalam laporan mingguannya.

Namun, penurunan harga dibatasi oleh kekhawatiran yang terus berlanjut terhadap ketatnya pasokan global memasuki kuartal keempat. Stok minyak mentah di Cushing, pusat pengiriman WTI, berada pada titik terendah sejak Juli 2022. Sementara pengurangan produksi terus dilakukan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya bersama-sama disebut OPEC+.

Beberapa analis masih memperkirakan harga akan tetap terdukung dalam waktu dekat.

“Dengan pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan aliansi OPEC+ yang lebih luas diperkirakan akan tetap ada hingga sisa tahun ini, persediaan kemungkinan akan menyentuh rekor terendah,” kata analis ANZ.

“Neraca kami menunjukkan defisit lebih dari 2 juta barel per hari hingga kuartal keempat tahun ini,” kata analis ING Warren Patterson.

Patterson menambahkan, defisit bersama dengan margin penyulingan yang kuat (sebagian besar disebabkan oleh ketatnya produksi penyulingan kelas menengah) menunjukkan bahwa harga minyak kemungkinan akan mengalami penguatan lebih lanjut dalam jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×