Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak terus naik di awal perdagangan sesi Asia pada hari ini, setelah melonjak sekitar 3% di sesi sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh rekor ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan dolar AS yang lebih lemah.
Kamis (27/10) pukul 07.30 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2022 naik 25 sen atau 0,3% ke US$ 95,94 per barel.
Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 19 sen atau 0,2% ke US$ 88,10 per barel.
Sokongan bagi minyak datang setelah data dari pemerintah AS keluar. Di mana, stok minyak mentah AS naik 2,6 juta barel di pekan lalu, dengan ekspor minyak mentah naik menjadi 5,1 juta barel per hari, terbesar yang pernah ada.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Menguat Terdorong Pelemahan Dolar AS dan Ekspor Minyak AS
Pedagang mengaitkan lonjakan ekspor dengan melebarnya spread antara WTI-Brent. Di mana pada sesi sebelumnya, spread kedua harga minyak acuan ini lebih dari US$ 8 per barel.
Pelemahan dolar AS juga menambah dukungan bagi harga minyak, karena kekuatan the greenback akhir-akhir ini telah menjadi faktor penting yang menghambat kenaikan pasar minyak.
Dolar AS yang lebih lemah membuat minyak mentah yang diperdagangkan dalam denominasi the greenback menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga juga naik karena laporan berita Bloomberg bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa kemungkinan akan menerima pembatasan yang lebih longgar dengan harga yang lebih tinggi dari yang pernah dibayangkan, dengan hanya negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dan Australia yang berkomitmen untuk mematuhinya. itu, kata laporan itu, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Eropa diperkirakan bulan depan akan melarang impor minyak dari Rusia dan membatasi pengirim Rusia dari industri asuransi pengiriman global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News