kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45912,18   -11,31   -1.22%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak stabil, minyak Brent ke US$ 56,25 dan minyak WTI US$ 51,41 per barel


Jumat, 14 Februari 2020 / 10:03 WIB
Harga minyak stabil, minyak Brent ke US$ 56,25 dan minyak WTI US$ 51,41 per barel


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah bergerak stabil pada hari Jumat (14/2). Tetapi peluang untuk menguat untuk pertama kalinya dalam enam minggu terbuka lebar karena asumsi produsen utama minyak mentah akan menerapkan pengurangan produksi yang lebih dalam guna mengimbangi melambatnya permintaan dari China, pengguna minyak mentah terbesar kedua di dunia.

Mengutip Reuters, Jumat (14/2), pukul 9.45 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman April 2020 di ICE Futures turun 9 sen menjadi US$ 56,25 per barel, setelah naik 1% pada sesi sebelumnya. Asal tahu saja, harga minyak jenis Brent sudah menguat 3,3% untuk minggu ini, kenaikan pertama sejak minggu 10 Januari.

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di Nymex turun 1 sen menjadi US$ 51,41 per barel. Namun, dalam sepekan, harganya sudah terkerek 2,2%.

Baca Juga: Harga minyak naik, terdorong harapan pemangkasan produksi OPEC yang lebih besar

Namun, jika melihat sejak 8 Januari lalu, harga emas hitam ini sudah terkikis 20%. Masalah utama datang dari kekhawatiran kelebihan pasokan dikombinasikan dengan kekhawatiran tentang penurunan permintaan bahan bakar yang besar di China setelah karantina negara tersebut untuk memerangi wabah virus corona telah menghentikan kegiatan ekonomi.

Namun, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, sedang mempertimbangkan untuk mengurangi produksi hingga 2,3 juta barel per hari sebagai tanggapan terhadap penurunan permintaan. Saat ini, pengurangan produksi minyak mentah OPEC+ sudah sebesar 1,7 juta barel per hari.

Tetapi analis lain memperingatkan dampak permintaan hanya terbatas pada China sejauh ini.

"Penyebaran virus corona tetap sangat cair dan sementara sentimen pasar ditahan atas dasar belas kasihan setiap virus corona, tesis dasar kami tetap bahwa penghancuran permintaan minyak sebagian besar masih merupakan kisah China dan belum meluas untuk mempengaruhi permintaan global," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas di Citadel Magnus kepada Reuters

Di sisi lain, masih ada beberapa kekhawatiran tentang dampak perlambatan permintaan di Negeri Tirai Bambu. 

International Energy Agency (IEA) pada Kamis (13/2) mengatakan, permintaan minyak kuartal pertama 2020 akan turun dibandingkan tahun sebelumnya untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan tahun 2009 akibat wabah virus corona di China.

Ekonomi Cina diperkirakan akan tumbuh pada tingkat paling lambat sejak krisis keuangan pada kuartal saat ini, menurut jajak pendapat Reuters dari para ekonom yang mengatakan penurunan akan berumur pendek jika wabah terkandung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×