kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.289   -194,00   -1,21%
  • IDX 6.992   -116,03   -1,63%
  • KOMPAS100 1.043   -21,20   -1,99%
  • LQ45 818   -16,03   -1,92%
  • ISSI 213   -3,42   -1,58%
  • IDX30 418   -8,84   -2,07%
  • IDXHIDIV20 504   -9,78   -1,91%
  • IDX80 119   -2,49   -2,05%
  • IDXV30 125   -2,25   -1,77%
  • IDXQ30 139   -2,60   -1,83%

Harga minyak sawit terpapas pajak ekspor


Selasa, 17 Maret 2015 / 06:14 WIB
Harga minyak sawit terpapas pajak ekspor
ILUSTRASI. GOTO kerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) non finansial dan finansial senilai US$ 150 jutagoto


Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) terus menurun. Penerapan pajak ekspor CPO Malaysia sebesar 4,5% semakin membebani pergerakan harga minyak nabati ini. Padahal, permintaan CPO masih lesu.

Bloomberg mencatat, Senin pukul 18.00 WIB, harga CPO pengiriman Juni 2015 di Malaysia Derivatives Exchange turun 1,65% menjadi RM 2.199 per metrik ton. Selama sepekan harga turun 2,48%. Pemerintah Malaysia akan menerapkan pajak ekspor pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir.

Bea dan Cukai Malaysia akan mengenakan pajak ekspor CPO sebesar 4,5% pada bulan April nanti. "Pemberlakuan pajak ekspor CPO di Malaysia berdampak pada penurunan harga," kata Deddy Yusuf Siregar, analis Fortis Asia Futures, kepada KONTAN, kemarin.

Permintaan minyak sawit juga masih belum pulih. Indonesia menargetkan peningkatan penggunaan bahan bakar nabati pada solar hingga 20% demi menghemat devisa akibat impor solar. Namun saat ini konsumsi CPO di Indonesia untuk keperluan biofuel dinilai masih rendah.

Lesunya permintaan juga tergambar dari ekspor CPO yang menurun. Berdasarkan survei Bloomberg ke petani, analis dan sumber resmi, terlihat ekspor CPO Indonesia bulan Februari turun 6%, dari bulan sebelumnya menjadi 1,7 juta ton. Ini menjadi ekspor minyak sawit terendah sejak September 2014.

Permintaan CPO dari India juga berpotensi turun, seiring rencana negeri itu menaikkan pajak impor CPO dari 7,5% menjadi 10%. "Akibatnya importir menahan diri karena stok yang masih tinggi," kata Deddy.

Ia menduga CPO masih akan melemah hingga akhir semester I-2015. Selain itu, Deddy menyebut stok kedelai yang melimpah turut menggerus harga minyak sawit. Maklum, minyak kedelai menjadi alternatif pengganti minyak sawit. Stok kedelai di Amerika Serikat diperkirakan tumbuh 35% pada tahun ini.

Analis MNC Securities Dian Agustina juga menilai, harga CPO masih dalam tren melemah. "Saat ini belum ada sentimen positif yang mendukung, maka pelemahan harga CPO masih bisa berlanjut," kata Dian.

Secara teknikal, Deddy memaparkan harga bergerak di bawah moving average (MA) 50, 100 dan 200. Relative strength index (RSI) bergerak turun di level 46. Stochastic ikut bergerak turun di level 15. Sedangkan moving average convergence divergence (MACD) di level minus 4. "Ada peluang harga turun dan mencoba ke level RM 2.091 per metrik ton," ujar Deddy.

Hari ini, ia memprediksi harga CPO bergerak di RM 2.150-RM 2.250. Sepekan ke depan, harga di RM 2,100-RM 2,250 per metrik ton. Prediksi Dian, harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.150-RM 2.200 hari ini. Selama sepekan harga berada di rentang RM 2.120-RM 2.250 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×