Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat jelang akhir pekan setelah turun enam hari perdagangan berturut-turut hingga kemarin. Jumat (20/8) pukul 7.35 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2021 di New York Mercantile Exchange menguat 0,55% ke US$ 64,04 per barel dari penutupan perdagangan kemarin pada US$ 63,69 per barel.
Dalam sepekan harga minyak WTI anjlok 6,43%. Pada periode yang sama, harga minyak brent kontrak Oktober 2021 di ICE Futures turun 5,47% dari posisi US$ 70,59 per barel pada pekan lalu.
Hari ini, harga minyak brent berada di US$ 66,73 per barel. Harga minyak acuan internasional ini menguat 0,42% dari penutupan perdagangan kemarin.
Baca Juga: Fluktuasi Harga Komoditas Ungkit Transaksi Bursa
Rebound harga minyak ini belum mampu mengimbangi penurunan dalam enam hari perdagangan berturut-turut. Ini adalah reli penurunan terpanjang harga minyak sejak Februari 2020. Harga minyak terus turun karena investor khawatir akan pelemahan permintaan minyak global akibat kasus Covid-19 naik disertai dengan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar minyak rally sepanjang paruh pertama tahun 2021, tetapi telah turun sekitar 15% sejak awal Juli. Gelombang infeksi virus corona baru-baru ini di seluruh dunia telah melemahkan perjalanan global dan mengancam kegiatan ekonomi, tepat ketika produsen minyak utama bersiap-siap untuk meningkatkan pasokan.
"Tampaknya ada banyak orang yang terjepit dari posisi buy," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group kepada Reuters.
Baca Juga: Wall Street mixed, perhatian pasar terarah ke Jackson Hole
Varian Delta menyebar cepat, terutama di wilayah dengan vaksinasi rendah. Kematian terkait virus corona telah melonjak di Amerika Serikat selama sebulan terakhir.
Dolar AS mencapai level tertinggi sembilan bulan pada hari Kamis, sehari setelah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve menunjukkan pembuat kebijakan sedang mempertimbangkan untuk mengurangi stimulus era pandemi tahun ini. Dolar AS yang meningkat membuat minyak dalam denominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Ada kekhawatiran bahwa Fed akan mulai tapering, menghasilkan dolar yang lebih kuat dan harga minyak mentah yang lebih lemah," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Baca Juga: Harga emas turun jelang akhir pekan, bergerak tipis dalam sepekan
Data pemerintah AS menunjukkan, persediaan bensin AS naik secara tak terduga minggu lalu. Hal ini menambah kekhawatiran penurunan permintaan. Konsumsi bensin AS cenderung mencapai puncaknya di bulan-bulan musim panas dan akan surut menuju bulan-bulan terakhir tahun 2021.
Badan Energi Internasional pekan lalu memangkas prospek permintaan minyak karena penyebaran varian Delta. Sementara OPEC tidak mengubah proyeksi permintaan.
Baca Juga: Pasar Cemaskan Permintaan, Pelemahan Harga Minyak Mentah Berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News