Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak naik tipis dan berpeluang untuk membukukan kenaikan berturut-turut secara tahunan karena didorong ketatnya pasokan karena konflik Ukraina, meski ada dampak penguatan dolar dan lemahnya permintaan dari China.
Harga minyak mentah Brent berjangka naik 44 sen, atau 0,5%, menjadi US$ 83,90 per barel pada 0138 GMT setelah turun 1,2% di sesi sebelumnya. Sementara Minyak WTI berada di level US$ 78,88 per barel alias naik 48 sen, atau 0,6%, setelah ditutup 0,7% lebih rendah pada hari Kamis.
Harga minyak Brent naik 5,76% secara tahunan, setelah mengalami lonjakan 50,2% pada tahun 2021. Harga minyak Brent melonjak pada Maret ke US$ 139,13 per barel yang merupakan level tertinggi sejak 2008, setelah Rusia menginvasi Ukraina dan memicu masalah pasokan dan keamanan energi.
Di sisi lain, harga minyak WTI berada di jalur yang tepat untuk membukukan naik 4,5% pada tahun 2022 setelah kenaikan 55% pada tahun lalu.
Baca Juga: Rusia Akan Hentikan Ekspor Minyak Mentah, Cek Rekomendasi Saham Migas Berikut Ini
"Tahun ini merupakan tahun yang luar biasa bagi pasar komoditas dengan adanya risiko pasokan yang menyebabkan peningkatan volatilitas dan kenaikan harga," kata analis ING Ewa Manthey.
"Tahun depan akan menjadi tahun ketidakpastian lagi, dengan banyak volatilitas," lanjutnya.
Harga minyak melandai pada paruh kedua tahun ini karena bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi dan mendorong kenaikan dolar AS. Hal itu membuat komoditas berdenominasi dolar menjadi investasi yang lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Selain itu, kebijakan pembatasan nol-COVID di China, yang baru dilonggarkan pada bulan Desember, menghancurkan harapan pemulihan permintaan minyak di negara konsumen minyak nomor dua di dunia tersebut.
"Pelonggaran pembatasan perjalanan baru-baru ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak. Namun, peningkatan tajam atas kasus COVID di China telah menimbulkan kekhawatiran serius atas potensi wabah global," kata John Driscoll, direktur konsultan JTD Energy Services.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News