Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rusia akan menghentikan ekspor minyak ke negara-negara yang telah memberlakukan batasan harga. Larangan ekspor minyak tersebut akan berlaku efektif pada 1 Februari 2023 selama 6 bulan ke negara-negara yang mematuhi Batasan.
Pada Selasa (27/12), Presiden Putin menandatangani dekrit yang melarang pasokan minyak mentah dan produk minyak negara-negara yang mematuhi batasan.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai, Dekrit ini akan berdampak pada peningkatan harga minyak secara signifikan. Proyeksi ini menimbang Rusia adalah salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Mayoritas negara yang menjadi konsumen minyak terbesar dari Rusia merupakan negara yang juga menyetujui pembatasan harga. Negara seperti Jerman, Italia, Belanda, merupakan negara-negara yang akan terkena larangan ekspor ini.
“Jadi menurut saya, larangan ekspor ini bisa mengakibatkan kendala pasokan minyak global secara signifikan yang akan translasi ke kenaikan harga minyak,” kata Arjun kepada Kontan.co.id, Kamis (29/12).
Baca Juga: Rekomendasi Saham MEDC yang Fokus Garap South Natuna - Corridor & Listrik ET di 2023
Di sisi lain, larangan ekspor ini bisa berdampak positif terhadap emiten minyak dan gas (migas) tanah air. Ini mengingat kenaikan harga minyak bisa meningkatkan margin emiten migas, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
“Kenaikan harga minyak karena kebijakan ini diharapkan akan mendorong kinerja saham tersebut,” sambung dia.
Dalam riset tertanggal 23 Desember 2022, Research Analyst MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo menilai, dengan pelonggaran kebijakan zero-covid China dan pengurangan produksi OPEC+ sebesar 2 million barrel oil per equivalent per day (MBOPED), permintaan minyak diproyeksikan meningkat pada tahun depan, dengan harga minyak yang diperkirakan akan normal kembali, namun masih di atas pra-pandemi tingkat.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada 2023 ditetapkan sebesar US$ 95 per barel dengan target lifting minyak dinaikkan menjadi 660 MBOEPD.
Andrew melihat, dengan asumsi ini, beberapa perusahaan minyak akan diuntungkan, salah satunya PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). AKRA akan diuntungkan seiring dengan pertumbuhan sektor industri migas, perluasan stasiun pengisian bahan bakar minyak (BBM) BP-AKR, dan ditunjang dengan proyeksi pertumbuhan perekonomian sebesar 4,7% di 2023.
Selain itu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga akan diuntungkan karena volume produksi minyaknya berpotensi meningkat sebesar 265 MBOEPD dari wilayah kerja (WK) Rokan PSC, sehingga berpotensi meningkatkan laba bersihnya.
MNC Sekuritas menyematkan rating overweight pada sektor Migas, dengan merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.700 dan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.200. Kedua saham ini menjadi top picks di sektor migas.
Seiring dengan potensi ekspansi ke energi hijau dan eksplorasi sumur di tahun depan, Andrew melihat kedua perusahaan ini dapat mempertahankan atau bahkan melebihi kinerjanya pada 2022.
Namun, risiko dari rekomendasi ini diantaranya inflasi global, kondisi pandemi di China, perang Rusia-Ukraina, serta kondisi cadangan migas Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Astra Otoparts (AUTO) yang Resmikan Pengisian Kendaraan Listrik
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga menyematkan rating overweight di sektor migas. Hasan memperkirakan harga spot minyak mentah Brent ada di kisaran US$ 85 per barel pada tahun depan.
Menurut Hasan, ke depan terdapat kemungkinan adanya gangguan pasokan minyak mentah dan melambatnya pertumbuhan produksi minyak mentah. Faktor ini bisa mendorong harga minyak menjadi lebih tinggi. Di sisi lain, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sentimen yang membuat harga minyak berpotensi menurun tahun depan.
Pilihan utama alias top picks BRI Danareksa di sektor minyak dan gas adalah AKRA. Perusahaan penyalur bahan bakar minyak (BBM) ini diyakini memiliki kinerja yang solid di tahun depan. Kinerja AKRA diekspektasikan bakal disokong oleh kawasan industri JIIPE Gresik miliknya. Hasan merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.800
Hasan merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.250. Namun, proyeksi dia, kontribusi PGAS dari anak usahanya, yakni Saka Energy (Saka) akan menurun dengan ekspektasi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) yang lebih rendah tahun depan.
Rekomendasi hold disematkan Hasan untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.200. Rating ini menimbang laba bersih MEDC akan menurun seiring dengan harga minyak yang juga berpotensi menurun.
Sementara itu, Arjun merekomendasikan buy untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.355, dengan harga support Rp 915 . Arjun juga merekomendasikan buy untuk saham PGAS di target harga Rp 1.990, dengan harga support Rp 1.720.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News