kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Naik Lebih Dari 2% Jelang Akhir Pekan


Minggu, 03 Juli 2022 / 08:15 WIB
Harga Minyak Naik Lebih Dari 2% Jelang Akhir Pekan


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik lebih dari 2% pada hari Jumat karena gangguan pasokan. Ada penghentian pasokan di Libya dan ekspektasi penutupan di Norwegia yang menyebabkan pasar minyak bereaksi meski ekonomi menghadapi resesi yang dapat mengurangi permintaan.

Jumat (1/7), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup di US$ 111,63 per barel, naik 2,38% dalam sehari dan melemah 2,32% dalam sepekan. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menetap di US$ 108,43 per barel, naik 2,52% dalam sehari dan menguat 0,75% dalam sepekan.

WTI dan Brent masing-masing diperdagangkan sekitar 70% dan 77% dari volume sesi sebelumnya menjelang liburan 4 Juli AS.

Baca Juga: Berkshire Hathaway Jadi Pemegang Saham Terbesar Occidental Petroleum

Harga minyak naik pada hari Jumat meskipun rilis data industri yang menunjukkan aktivitas manufaktur AS melambat lebih dari yang diharapkan bulan lalu. Data terbaru ini menambah bukti bahwa ekonomi Paman Sam mendingin karena Federal Reserve memperketat kebijakan moneter.

Namun, pasokan minyak mentah dan bahan bakar yang rendah mendukung pasar minyak bahkan ketika pasar saham merosot dan dolar AS, yang biasanya memiliki hubungan terbalik dengan minyak mentah justru menguat.

"Kemampuan harga komoditas energi untuk membukukan kenaikan yang kuat hari ini dalam menghadapi kekuatan dolar AS yang signifikan dan pasar saham yang lemah menunjukkan beberapa fokus kembali pada pasokan minyak yang ketat," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC kepada Reuters.

Baca Juga: Harga CPO Menurun, CGS CIMB Sekuritas Yakin Harga Rerata CPO Terjaga di RM 5.600

Rencana pemogokan pekerja minyak dan gas Norwegia pada 5 Juli dapat memangkas produksi minyak negara secara keseluruhan sekitar 8%, atau sekitar 320.000 barel setara minyak per hari. Penurunan pasokan ini bisa dihindari jika ada kesepakatan menit terakhir atas tuntutan upah.

Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) pada hari Kamis menyatakan force majeure di pelabuhan Es Sider dan Ras Lanuf, serta ladang minyak El Fil. Force majeure masih berlaku di pelabuhan Brega dan Zueitina.

NOC menyebut, produksi turun tajam dengan ekspor harian berkisar antara 365.000 dan 409.000 barel per hari. Angka ini turun 865.000 barel per hari dibandingkan dengan produksi dalam keadaan normal.

Baca Juga: Harga Emas Turun Tiga Pekan Beruntun

Dari AS, Baker Hughes Co melaporkan jumlah rig minyak yang beroperasi bertambah satu menjadi 595 pada pekan ini. Jumlah rig beroperasi yang mencapai level tertinggi sejak Maret 2020 ini menjadi indikator awal produksi masa depan.

Meskipun jumlah rig minyak AS telah meningkat untuk rekor 22 bulan hingga Juni, peningkatan mingguan sebagian besar dalam satu digit karena banyak perusahaan lebih fokus pada pengembalian uang kepada investor dan membayar utang daripada meningkatkan output.

Sementara itu, pemerintah Ekuador dan para pemimpin kelompok adat pada hari Kamis mencapai kesepakatan untuk mengakhiri lebih dari dua minggu protes yang telah menyebabkan penutupan lebih dari setengah dari produksi minyak 500.000 barel per hari sebelum krisis di negara itu.

Baca Juga: Dampak Lonjakan Inflasi Terasa ke Perekonomian Indonesia

Pada hari Kamis, kelompok produsen OPEC+, termasuk Rusia, setuju untuk tetap pada strategi produksinya setelah dua hari pertemuan. Namun, OPEC+ menghindari membahas kebijakan setelah September.

OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 648.000 barel per hari (bph) pada Juli dan Agustus. Target produksi ini naik dari rencana sebelumnya untuk menambah 432.000 bph per bulan. Survei Reuters menemukan bahwa OPEC memompa 28,52 juta barel per hari pada Juni, turun 100.000 barel per hari dari total revisi Mei. 

Baca Juga: Pergerakan Kurs Rupiah Dalam Sepekan Ini Tertekan Inflasi Domestik

Presiden AS Joe Biden akan melakukan perjalanan tiga kali ke Timur Tengah pada pertengahan Juli yang mencakup kunjungan ke Arab Saudi. Salah satu agenda Biden adalah mendorong kebijakan energi menjadi sorotan karena AS dan negara-negara lain menghadapi kenaikan harga bahan bakar yang mendorong inflasi.

Biden mengatakan pada hari Kamis bahwa dia tidak akan secara langsung menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak untuk menahan lonjakan harga ketika dia melihat raja dan putra mahkota Saudi selama kunjungan bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×