kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.870   5,00   0,03%
  • IDX 7.303   107,83   1,50%
  • KOMPAS100 1.122   17,21   1,56%
  • LQ45 893   16,28   1,86%
  • ISSI 223   2,00   0,91%
  • IDX30 457   8,66   1,93%
  • IDXHIDIV20 551   11,40   2,11%
  • IDX80 129   1,83   1,44%
  • IDXV30 137   2,38   1,77%
  • IDXQ30 152   3,03   2,03%

Harga Minyak Naik Berkat The Fed, Setelah Ini Diprediksi Turun Lagi


Kamis, 19 September 2024 / 18:27 WIB
Harga Minyak Naik Berkat The Fed, Setelah Ini Diprediksi Turun Lagi
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A 3D-printed oil pump jack is placed on dollar banknotes in this illustration picture, April 14, 2020. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dalam tren penguatan sepekan terakhir. Namun, kenaikannya dinilai hampa.

Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI bertengger di US$ 71,45 per barel dan minyak Brent di US$ 74,27 per barel pada Kamis (19/9) pukul 18.00 WIB. Masing-masing naik 0,72% dan 0,81% secara harian, sementara sepekan terakhir harganya naik 3,43% dan 3,08%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, kenaikan harga minyak murni karena pemangkasan suku bunga. Ia menjelaskan bahwa saat the Fed memangkas suku bunga 50bps, secara bersamaan cadangan minyak di AS turun.

Di sisi lain, permintaan minyak di China juga turun akibat perlambatan ekonomi. Selain itu, konflik Israel dengan Hizbullah di Lebanon juga tidak serta merta mendorong harga minyak, lantaran Lebanon bukan negara penghasil minyak mentah.

"Jadi naiknya harga minyak mentah murni akibat melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) karena pemangkasan suku bunga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/9).

Baca Juga: Harga Minyak Naik Sepekan Terakhir, Cermati Prospeknya ke Depan

Meski begitu, ia menyebut target harga untuk minyak mentah di US$ 80 - US$ 81 per barel. Pertimbangannya dari lanjutan pemangkasan suku bunga the Fed hingga akhir tahun ini dan pemangkasan di tahun 2025, serta stimulus dari pemerintah China.

Namun ia tetap memperingatkan terkait penurunan konsumsi minyak oleh China. Ibrahim memaparkan, berdasarkan neraca keuangan China impor minyaknya hanya 13%, sementara pada saat ekonomi China normal mencapai 20%.

Menurut Ibrahim, walaupun harga minyak naik, tapi kenaikannya hampa. "Jadi berpotensi jatuh lagi sampai pemerintah China menggelontorkan stimulus dan PBOC menurunkan suku bunganya dengan tujuan untuk menggairahkan pasar kembali," katanya.

Dus, apabila pemerintah China belum menggelontorkan stimulus yang signifikan, Ibrahim memperkirakan harga minyak pada akhir tahun berkisar US$ 75 - US$ 77 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×