kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Harga Minyak Naik Sepekan Terakhir, Cermati Prospeknya ke Depan


Kamis, 19 September 2024 / 17:33 WIB
Harga Minyak Naik Sepekan Terakhir, Cermati Prospeknya ke Depan
ILUSTRASI. Suar membakar kelebihan gas alam di Permian Basin di Loving County, Texas, AS, 23 November 2019. Prospek harga minyak ditaksir masih suram meskipun tengah mengalami kenaikan harga saat ini.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek harga minyak ditaksir masih suram meskipun tengah mengalami kenaikan harga saat ini.

Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak WTI bertengger di US$ 71,57 per barel dan minyak Brent di US$ 74,48 per barel pada Kamis (19/9) pukul 16.56 WIB. Masing-masing naik 0,91% dan 1,12% secara harian, sementara sepekan terakhir harganya naik 3,85% dan 3,56%.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, menilai sentimen di pasar minyak mentah dunia masih sangat suram. Menurutnya, tensi di Timur Tengah diperkirakan tidak akan mengganggu pasokan.

Baca Juga: Tensi Geopolitik Meningkat, Harga Minyak Ikut Memanas

"Selain itu, pemangkasan suku bunga the Fed juga sudah diperkirakan sehingga tidak akan memiliki efek jangka panjang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/9).

Di sisi lain, EIA melaporkan stok minyak mentah AS turun sebesar 1,63 juta barel. Angka itu jauh lebih besar dari prediksi awal yang memperkirakan stok akan turun sebesar 200.000 barel.

Lukman berpandangan bahwa data tersebut dapat mendukung harga, tetapi hanya untuk jangka waktu yang sangat pendek. Sebabnya, sejak Juli 2023 hanya dua bulan saja terjadi penambahan pada stok minyak mentah AS.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Senin (16/9) Siang, Brent ke US$71,99 dan WTI ke US$69,14

"Selebihnya penurunan, investor terlihat sudah tidak terlalu antusias dengan data ini karena outlook jangka panjang masih jelek," kata Lukman.

Sentimen yang kurang baik juga datang dari China. Konsumsi minyak dari China turun sebesar 280.000 bph di bulan Juli, dan dalam setahun terakhir hanya naik 180.000 bph. Hal itu disebabkan oleh ekonomi yang masih lemah serta elektrifikasi kenderaan yang tumbuh sangat pesat.

EIA juga memperkirakan pertumbuhan hanya 900.000 bph, sedangkan output di luar OPEC+ naik 1,5 juta bph. "Artinya seberapa besarpun pemangkasan produksi oleh OPEC akan bisa ditutupi oleh negara-negara seperti AS, Brasil dan Canada," jelas Lukman.

Baca Juga: Harga Minyak Bangkit dari Level Terendah 3 Tahun, Produksi AS Masih Terganggu

Dus, ia memperkirakan harga ideal minyak pada akhir tahun berkisar di US$ 60 - US$ 65 dolar per barel. 

Menurut Lukman, satu-satunya sentimen positif adalah harapan akan stimulus ekonomi besar dari China, tetapi itupun tidak serta merta menaikkan permintaan minyak, namun hanya sebatas sentimen secara umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×