Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak mentah WTI terkoreksi setelah rilis data energi Amerika Serikat yang mencatat kenaikan stok.
Mengutip Trading Economics Kamis (11/9/2025) pukul 15.52 WIB, harga minyak mentah WTI terkoreksi 0,63% ke US$ 63,26 per barel dan terkoreksi 0,41% secara mingguan.
Pengamat Komoditas, Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga minyak mentah WTI naik pasca penyerangan Israel terhadap Qatar yang membuat tensi geopolitik memanas. Lalu, Polandia juga sudah merapat di perbatasan karena ada drone dari Rusia yang ke Ukraina melewati Polandia.Namun, harga minyak mentah berbalik terkoreksi setelah rilis data Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat pada Rabu malam.
“Ini yang membuat harga minyak mentah kembali mengalami penurunan,” ujar Ibrahim kepada Kontan, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Kamis (11/9) Pagi, Brent ke US$67,50 & Brent ke US$63,69
Girta Putra Yoga, Research and Development ICDX mengatakan, dalam laporan yang dirilis Rabu malam oleh EIA, stok minyak mentah AS melonjak naik sebesar 3,94 juta barel untuk penutupan pekan yang berakhir 5 September. Untuk stok bensin juga dilaporkan naik sebesar 1,46 juta barel.
“Laporan EIA tersebut mengindikasikan permintaan yang lesu di pasar energi AS,” terang Yoga.
Yoga juga mengatakan sentimen lain yang turut membebani harga. Yakni Meksiko yang akan menaikkan tarif mobil dari China dan negara-negara Asia lainnya hingga ke tingkat maksimum, dalam perombakan besar-besaran pungutan impor. Pemerintah Meksiko menyebut upaya ini akan melindungi lapangan kerja. Tarif impor mobil asal China berpotensi dikenakan hingga 50%, dari tarif saat ini sebesar 20%.
“Berita tersebut memicu kekhawatiran akan mendorong terjadinya konflik dagang baru,” tandasnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis, Tertahan oleh Lonjakan Stok AS
Selain itu Uni Eropa kemungkinan besar tidak akan mengikuti desakan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif 100% terhadap India atau China, sebagai strategi untuk menekan Rusia agar menghentikan perang dengan Ukraina. Namun, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Rabu mengatakan bahwa blok tersebut sedang mempertimbangkan untuk mempercepat penghapusan bahan bakar fosil Rusia sebagai strategi untuk menekan Moskow.
Yoga menyampaikan, sentimen lain yang mempengaruhi harga minyak mentah kedepan datang dari Israel yang mengancam akan kembali melancarkan serangan jika gagal membunuh para pemimpin Hamas dalam serangan udara di Qatar pada hari Selasa. Ancaman tersebut semakin meredupkan harapan tercapainya gencatan senjata di Gaza.
Melihat dari sudut pandang teknis, Yoga memproyeksikan harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 66 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 61 per barel.
Sementara Ibrahim memperkirakan harga minyak mentah bisa mencapai US$ 67 per barel.
Selanjutnya: Sido Muncul (SIDO) Incar Negara Ekspor Baru, Mulai dari Indochina Hingga Afrika
Menarik Dibaca: 8 Cara Mendapatkan Glass Skin ala Korea, Kulit Jadi Sebening Kaca!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News