Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun pada hari Kamis (17/7), tertekan penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi penurunan lebih dalam dibatasi oleh penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS, konsumen minyak utama dunia.
Melansir Reuters pukul 08.23 WIB, harga , minyak mentah Brent turun 74 sen atau 1% menjadi US$73,65 per barel pada 0103 GMT setelah mencapai level tertinggi sejak April 2019 di sesi sebelumnya.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 69 sen atau 1% menjadi US$71,46 per barel, setelah mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 pada hari sebelumnya.
Baca Juga: Bursa Asia ikut memerah pagi ini, tersengat sinyal kenaikan suku bunga The Fed
"Pasar energi menjadi begitu terpaku pada musim perjalanan musim panas yang kuat dan pembicaraan kesepakatan nuklir Iran sehingga mereka agak dibutakan oleh kejutan hawkish The Fed," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
"The Fed diperkirakan akan menahan dan menyepakati pertemuan ini, tetapi mereka mengirim pesan yang jelas bahwa mereka siap untuk mulai berbicara tentang pengurangan dan itu berarti dolar siap untuk rebound yang seharusnya menjadi angin sakal untuk semua komoditas."
Dolar AS mencapai kenaikan satu hari terkuat dalam 15 bulan setelah Federal Reserve mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada kecepatan yang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Penguatan greenback membuat harga minyak dalam dolar lebih mahal dalam mata uang lain, berpotensi membebani permintaan.
Namun, penurunan harga minyak terbatas karena data dari Administrasi Informasi Energi menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun tajam pekan lalu karena kilang meningkatkan operasi ke level tertinggi sejak Januari 2020, menandakan peningkatan permintaan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Harga emas spot pada level terendah lebih dari 1 bulan
Juga yang mendorong harga minyak, produksi kilang di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, naik 4,4% pada Mei dari bulan yang sama tahun lalu ke rekor tertinggi.
"Penurunan harga minyak ini seharusnya bersifat sementara karena fundamental pada sisi penawaran dan permintaan harus dengan mudah dapat mengompensasi rebound dolar," kata Moya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News