Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun pada hari Jumat (19/7). Tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS), sinyal ekonomi yang beragam, dan kekhawatiran terhadap ekonomi China mempengaruhi sentimen investor.
Melansir Reuters, harga minyak Brent turun 41 sen atau 0,5% menjadi US$84,70 per barel pada pukul 06:50 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 49 sen, atau 0,6%, menjadi US$82,33 per barel.
Untuk minggu ini, Brent turun 0,3%, sementara WTI diperdagangkan sedikit lebih tinggi.
Indeks dolar AS naik untuk sesi kedua berturut-turut setelah data yang lebih kuat dari perkiraan pada pasar tenaga kerja dan manufaktur AS awal pekan ini.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Jelang Akhir Pekan Meski Prospek Pemangkasan Bunga Makin Nyata
Dolar yang lebih kuat mengurangi permintaan minyak yang dihargai dalam dolar dari pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Kurangnya langkah-langkah stimulus konkret dari importir minyak terbesar, China, juga membebani komoditas secara keseluruhan, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Ekonomi China tumbuh pada laju yang lebih lambat dari yang diharapkan sebesar 4,7% pada kuartal kedua, menurut data resmi, memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak negara tersebut.
"Namun, kekhawatiran terhadap pasokan dalam jangka pendek membuat kerugian menjadi minimal," kata ANZ, mengacu pada kebakaran hutan yang memburuk yang mengancam produksi di pasir minyak Kanada.
Di tempat lain di bidang ekonomi, inflasi inti Jepang meningkat pada bulan Juni, membuka peluang kenaikan suku bunga di pasar minyak utama tersebut.
Harga minyak mendapatkan dukungan dalam dua sesi sebelumnya setelah pemerintah AS melaporkan penurunan stok minyak mingguan yang lebih besar dari perkiraan.
Namun, analis di perusahaan konsultan FGE mengatakan tren inventaris yang lebih luas terlihat lebih bearish dari yang diharapkan bulan ini.
Baca Juga: Persediaan Minyak EIA Turun, Harga Minyak Mentah Kembali Menguat
Mereka mencatat stok minyak mentah AS menurun pada laju yang lebih lambat dari biasanya untuk waktu ini dalam setahun dan stok bahan bakar global meningkat minggu lalu.
Sementara itu, kelompok produsen OPEC+ diperkirakan tidak akan merekomendasikan perubahan kebijakan outputnya.
Termasuk rencana untuk mulai mengurangi satu lapisan pemotongan produksi minyak mulai Oktober, kata tiga sumber kepada Reuters pada hari Kamis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News