Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Harga minyak terus melemah pada hari Senin karena hambatan ekonomi menekan prospek permintaan minyak global dan mengimbangi kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah dan serangan terhadap terminal ekspor bahan bakar Rusia di akhir pekan lalu.
Senin (22/1) pukul 15.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2024 turun 0,3% menjadi US$ 78,33 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Februari 2024 turun 28 sen menjadi US$ 73,13 per barel. Sedangkan kontrak WTI untuk Maret 2024 yang lebih aktif, berada di level US$ 73,04 per barel, turun 21 sen.
"Pembukaan kembali pasar minyak mentah pagi ini menunjukkan banyak hal mengenai sentimen terkini di pasar minyak mentah meskipun ada ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Eropa dan Timur Tengah," kata analis IG Tony Sycamore.
Harga hampir tidak bergerak meskipun ada dugaan serangan pesawat tak berawak Ukraina di terminal ekspor bahan bakar besar Rusia. Produser Rusia Novatek mengatakan, pada hari Minggu bahwa pihaknya terpaksa menghentikan beberapa operasi di terminal Laut Baltik karena kebakaran.
Baca Juga: Harga Minyak Acuan Lanjut Melemah, Brent ke US$ 78,15 dan WTI ke US$ 73 Per Barel
Jika tidak ada peningkatan besar, minyak mentah akan diperdagangkan dalam kisaran tertentu, dengan sedikit tekanan ke bawah, kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.
Di Timur Tengah, perang Gaza berkecamuk sementara AS menyerang rudal anti-kapal lainnya yang bersiap diluncurkan ke Teluk Aden oleh militan Houthi Yaman pada hari Sabtu.
Serangan yang dilakukan oleh kelompok yang bersekutu dengan Iran di Laut Merah dan Teluk Aden telah mengganggu perdagangan global.
Sycamore dari IG mengatakan fundamental minyak masih menjadi penghambat harga.
“Produksi minyak lebih tinggi dan prospek pertumbuhan di Tiongkok dan Eropa sangat beragam, sementara data PDB minggu ini diperkirakan menunjukkan kecepatan perekonomian AS telah sangat melambat,” tambahnya.
Baca Juga: Harga Minyak Stagnan Senin (22/1) Pagi, Investor Cermati Ketegangan di Laut Merah
Perkiraan pertumbuhan permintaan terbaru oleh Administrasi Informasi Energi AS, Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk tahun 2024 berada dalam kisaran yang luas antara 1,24 juta dan 2,25 juta barel per hari meskipun ketiga organisasi tersebut memperkirakan permintaan akan melambat pada tahun 2024.
Jumlah rig minyak yang beroperasi di AS turun dua menjadi 497 pada minggu lalu, yang merupakan angka terendah sejak pertengahan November, data Baker Hughes menunjukkan pada hari Jumat.
Secara terpisah, produksi di ladang minyak Sharara Libya dimulai kembali pada hari Minggu, kata perusahaan minyak negara NOC, setelah pengunjuk rasa mengakhiri aksi duduk yang telah menghentikan produksi sejak awal Januari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News