Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah sedikit berubah pada perdagangan berombak, Selasa (4/4). Investor memperdebatkan rencana OPEC+ untuk memangkas lebih banyak produksi dan data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China yang lemah bisa mengganggu permintaan minyak.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 30 sen atau 0,3% menjadi US$84,63 per barel pada pukul 11:05 ET (1505 GMT). Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada US$80,19 per barel, turun 23 sen atau 0,2%.
"Sementara aksi harga minyak mentah sangat mengesankan, kita perlu melihat permintaan bertahan dan tumbuh untuk mendorong minyak mentah ke atas US$80," kata Dennis Kissler, senior vice president of trading BOK Financial.
Kedua tolok ukur harga minyak melonjak lebih dari 6% pada hari Senin (3/4), setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) mengguncang pasar dengan pengumuman pengurangan produksi sebesar 1,66 juta barel per hari (bpd) dari Mei hingga akhir tahun 2023.
Janji terbaru membawa total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu, setara dengan sekitar 3,7% dari permintaan global.
Baca Juga: Harga Minyak Melanjutkan Kenaikan Akibat Kejutan OPEC+
Pembatasan produksi OPEC+ membuat banyak analis menaikkan perkiraan harga minyak Brent mereka menjadi sekitar US$100 per barel pada akhir tahun.
Goldman Sachs menaikkan perkiraannya untuk Brent menjadi US$95 per barel pada akhir tahun ini, dan menjadi US$100 untuk tahun 2024.
Namun, penurunan aktivitas manufaktur AS di bulan Maret ke level terendah dalam hampir tiga tahun, dan aktivitas manufaktur yang lemah di China bulan lalu meningkatkan kekhawatiran permintaan.
Investor juga khawatir tentang biaya yang lebih tinggi untuk bisnis dan konsumen, meningkatkan kekhawatiran pukulan inflasi terhadap ekonomi dunia dari kenaikan harga minyak akan mengakibatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pengamat pasar telah mencoba untuk mengukur berapa lama lagi Federal Reserve AS mungkin perlu terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi dan apakah ekonomi AS mungkin menuju resesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News