Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah naik pada Kamis (6/3), pulih sedikit dari titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, Brent masih bertahan di bawah US$70 per barel akibat tekanan dari tarif perdagangan antara Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan China, serta rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Faktor-faktor tersebut, ditambah dengan peningkatan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, telah menekan harga Brent hingga mencapai US$68,33 pada Rabu (5/3) —tingkat terendah sejak Desember 2021.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Usai Anjlok di 4 Sesi Sebelumnya, WTI ke US$ 66,7 Per Barel
Hingga pukul 12:46 GMT Kamis, harga minyak Brent naik 53 sen atau 0,8% menjadi $69,83 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 54 sen atau 0,8% menjadi US$66,85 per barel.
"Presiden AS tampaknya menginginkan harga minyak yang lebih rendah," ujar John Evans dari broker minyak PVM, seraya menambahkan bahwa masih ada pertanyaan apakah harga minyak saat ini terlalu ditekan.
Harga minyak sempat turun setelah AS memberlakukan tarif pada barang impor dari Kanada dan Meksiko, termasuk energi, bersamaan dengan keputusan produsen utama untuk meningkatkan kuota produksi untuk pertama kalinya sejak 2022.
Namun, harga minyak mulai stabil setelah AS mengumumkan pengecualian bagi produsen mobil dari tarif 25%.
Baca Juga: Tarif 25% AS, Kargo Minyak Bakar Meksiko Mengalir ke Singapura dan Eropa
Seorang sumber yang mengetahui diskusi ini menyebut bahwa Presiden AS, Donald Trump, bisa saja menghapus tarif 10% untuk impor energi dari Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, selama tetap sesuai dengan perjanjian perdagangan yang ada.
“Kebijakan perdagangan Trump berisiko menurunkan permintaan energi global dan mengganggu arus perdagangan di pasar minyak dunia,” kata Daniel Hynes, analis komoditas di ANZ, dalam sebuah catatan.
Kelompok produsen OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, memutuskan pada Senin untuk meningkatkan produksi untuk pertama kalinya sejak 2022.
Penurunan harga minyak semakin diperparah pada Rabu setelah Administrasi Informasi Energi (EIA) AS melaporkan bahwa stok minyak mentah AS—konsumen minyak terbesar di dunia—naik lebih dari perkiraan akibat perawatan musiman kilang.
Sementara itu, persediaan bensin dan distilat menurun akibat lonjakan ekspor.
Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound pada Kamis (6/3) Pagi, Setelah Turun Kemarin
Ada tanda-tanda tambahan bahwa permintaan minyak AS melemah. Impor minyak mentah AS melalui jalur laut turun ke level terendah dalam empat tahun pada Februari, didorong oleh penurunan volume minyak Kanada yang dikirim ke Pantai Timur, menurut data pelacakan kapal.
Permintaan melemah akibat pemeliharaan kilang, termasuk perawatan jangka panjang di pabrik terbesar di kawasan itu.
Tarif juga masih berlaku untuk impor minyak mentah Meksiko ke AS, yang meskipun lebih kecil dibanding pasokan dari Kanada, tetap menjadi sumber penting bagi kilang di Pantai Teluk AS.
Sementara itu, laporan dari Challenger, Gray & Christmas menyebutkan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diumumkan oleh perusahaan-perusahaan AS melonjak ke level tertinggi sejak dua resesi terakhir.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Tertekan Rabu (5/3) Siang, Brent ke US$70,80 dan WTI ke US$67,68
Hal ini disebabkan oleh pemotongan besar-besaran di sektor pemerintahan federal, pembatalan kontrak, dan kekhawatiran perang dagang.
Di sisi lain, pejabat China telah mengisyaratkan kemungkinan stimulus tambahan jika pertumbuhan ekonomi melambat, guna mendukung konsumsi dan meredam dampak perang dagang yang semakin meningkat dengan AS.
Selanjutnya: Astra Infra Beri Diskon 20% di Tol Tangerang-Merak & Cikopo-Palimanan Mudik Lebaran
Menarik Dibaca: Jaga Kebugaran Saat Puasa, Ini Tips Diet Tanpa Nyeri Lambung dari Lighthouse
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News