kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga Minyak Mentah Naik Lebih US$2 karena Ketegangan Timur Tengah Rabu (31/7)


Rabu, 31 Juli 2024 / 19:53 WIB
Harga Minyak Mentah Naik Lebih US$2 karena Ketegangan Timur Tengah Rabu (31/7)
ILUSTRASI. An oil pump of IPC Petroleum France is seen at sunset outside Soudron, near Reims, France, August 24, 2022. REUTERS/Pascal Rossignol


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Harga minyak mentah naik lebih dari US$2 pada hari Rabu (31/7), bangkit dari level terendah dalam 7 minggu.

Pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Iran meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan mengalahkan kekhawatiran tentang lemahnya permintaan oleh China.

Melansir Reuters, Kontrak berjangka minyak mentah Brent naik US$2,18, atau 2,77%, menjadi US$80,81 per barel pada pukul 12:01 GMT menjelang kadaluarsa pada hari Rabu. Sementara kontrak aktif bulan Oktober naik US$2,40 menjadi US$80,47.

Baca Juga: PMI China Masih Terkontraksi Akibat Daya Beli yang Loyo

Sedangkan, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$2,64, atau 3,53%, menjadi US$77,37 per barel.

Penurunan 0,4% dalam indeks dolar AS juga memberikan dukungan pada harga minyak mentah.

Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat komoditas yang dihargai dalam dolar AS seperti minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Sehari sebelumnya, Brent dan WTI masing-masing turun sekitar 1,4%, ditutup pada level terendah dalam tujuh minggu.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Bangkit Usai Israel Balas Serangan Hizbullah

Ketegangan di Timur Tengah memanas setelah berita bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di Iran.

Ini terjadi sehari setelah pemerintah Israel mengklaim telah membunuh komandan tertinggi Hezbollah dalam serangan udara di Beirut sebagai balasan atas serangan roket pada hari Sabtu di Israel.

Secara terpisah, AS juga melakukan serangan di Irak dalam konflik terbaru di wilayah tersebut.

"Perkembangan semalam dan risiko geopolitik yang meningkat hanya memberikan keringanan sementara untuk patokan minyak. Kecuali infrastruktur minyak dan gas terkena dampaknya, lonjakan terbaru ini kemungkinan tidak akan bertahan lama," kata Gaurav Sharma, analis minyak independen di London.

Konflik di Timur Tengah tidak mempengaruhi pasokan dari wilayah tersebut.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok 1% ke Level Terendah dalam 7 Minggu

Kapasitas produksi cadangan yang cukup besar yang dimiliki oleh anggota OPEC juga membatasi dampak konflik di Timur Tengah, kata para analis.

Meski demikian, Brent dan WTI berada di jalur pada bulan Juli untuk mencatatkan kerugian bulanan terbesar sejak Oktober 2023.

Dipicu karena kekhawatiran yang berlarut-larut tentang prospek permintaan China dan ekspektasi OPEC+ akan tetap pada kesepakatan mereka saat ini tentang produksi dan mulai mengurangi beberapa pemotongan output dari bulan Oktober.

Menteri-menteri utama dari OPEC+ akan mengadakan pertemuan komite pemantauan bersama menteri secara online (JMMC) pada hari Kamis.

Permintaan bahan bakar yang melambat di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga membebani pasar minyak.

Aktivitas manufaktur China pada bulan Juli menyusut untuk bulan ketiga, menurut survei pabrik resmi yang ditunjukkan pada hari Rabu.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Stabil Mendekati Level Terendah Sejak Awal Juni, WTI ke US$75,69

"Kekhawatiran tentang permintaan China tetap tinggi karena PMI hari ini menurun, dengan sektor manufaktur terus mengalami kontraksi. Ini menunjukkan bahwa kenaikan tambahan karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah mungkin tetap terbatas dan berumur pendek," kata Charalampos Pissouros, analis investasi senior di pialang XM.

Di AS, persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat turun minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka dari American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) akan dirilis pada pukul 10:30 pagi EDT (14:30 GMT) pada hari Rabu.

Persediaan minyak mentah diperkirakan turun sebesar 1,1 juta barel pada minggu yang berakhir 26 Juli, menurut perkiraan dari 10 analis yang disurvei oleh Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×