Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik pada perdagangan Selasa (12/3) karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah terus memicu kekhawatiran.
Namun kenaikan terbatas karena sentimen permintaan yang bearish dan pasar menunggu laporan bulanan dari lembaga perminyakan.
Melansir Reuters, harga minyak Brent untuk pengiriman Mei naik 26 sen atau 0,3% menjadi US$82,47 per barel pada 0408 GMT. Sedangkan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bulan April naik 17 sen atau 0,2% menjadi US$78,10 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Selasa (12/3) Pagi, Brent ke US$82,44 dan WTI ke US$78,10
Meskipun perang antara Israel dan kelompok Palestina Hamas tidak menyebabkan gangguan pasokan minyak yang signifikan, kelompok Houthi di Yaman yang bersekutu dengan Iran telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak November dalam apa yang mereka katakan sebagai kampanye solidaritas terhadap Palestina.
Serangan udara yang dikaitkan dengan koalisi AS-Inggris menghantam kota-kota pelabuhan dan kota-kota kecil di Yaman barat pada hari Senin.
Sementara kelompok Houthi mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah menargetkan apa yang disebut sebagai "kapal AS Pinocchio" di Laut Merah dengan rudal.
Namun kenaikan tersebut dibatasi oleh perkiraan melemahnya permintaan dan meningkatnya pasokan dari produsen di luar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
“Sentimen permintaan yang bearish dan meningkatnya pasokan non-OPEC memberikan sedikit ruang bagi pasar untuk bersikap bullish terhadap harga minyak saat ini,” kata Serena Huang, kepala analisis APAC di Vortexa.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan, pasokan minyak akan tumbuh ke rekor tertinggi sekitar 103,8 juta barel per hari, hampir seluruhnya didorong oleh produsen di luar OPEC dan sekutunya (OPEC+), termasuk Amerika Serikat, Brasil, dan Guyana.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Pada Selasa (12/3) Pagi, Investor Menanti Data Inflasi AS
Sementara itu, impor minyak mentah China meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.
Namun impor tersebut lebih lemah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, melanjutkan tren melemahnya pembelian oleh pembeli terbesar dunia.
Sementara itu, pasar sedang menunggu perkiraan permintaan dari laporan bulanan OPEC, IEA dan Badan Informasi Energi, kata analis dari ANZ dalam sebuah catatan.
"Meskipun kami yakin perkiraan tersebut sebagian besar tidak akan berubah, kejutan kenaikan apa pun akan meredakan kekhawatiran permintaan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News