Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak menntah stabil pada perdagangan hari Selasa (30/7), mendekati level terendah sejak awal Juni.
Kekhawatiran tentang permintaan di China diimbangi oleh janji pemerintah untuk langkah-langkah kebijakan bagi perekonomian dan prospek penurunan persediaan minyak mentah dan produk Amerika Serikat (AS).
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 8 sen atau 0,1% menjadi US$79,86 per barel pada pukul 0805 GMT. Harga sempat turun ke US$79,34, terendah sejak 10 Juni.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 12 sen, atau 0,2%, menjadi US$75,69 per barel.
Serangkaian berita ekonomi yang mengecewakan dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, telah membebani harga komoditas.
Baca Juga: Harga Minyak Lanjut Melemah di Pagi Ini (30/7), Simak Sentimen yang Menekannya
Aktivitas manufaktur China kemungkinan menyusut untuk bulan ketiga pada Juli, menurut jajak pendapat Reuters pada Senin.
"Pertimbangan makroekonomi terus membentuk sentimen investor," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.
"Gejolak ekonomi China, termasuk pertumbuhan yang lesu dan penurunan impor minyak mentah, masih menjadi kekuatan pendorong utama bagi pasar kami."
Meski para pemimpin China berjanji untuk meningkatkan dukungan bagi perekonomian, ekspektasi mengenai sejauh mana langkah-langkah tersebut masih terbatas sejak Third Plenum, pertemuan kebijakan pada pertengahan Juli, yang sebagian besar menegaskan kembali tujuan kebijakan ekonomi yang ada.
Pada hari Kamis mendatang, menteri-menteri utama dari OPEC+, Organisasi Negara Pengekspor Minyak bersama sekutu yang dipimpin oleh Rusia, akan bertemu untuk meninjau pasar, termasuk rencana untuk mulai mengurangi beberapa pemotongan produksi mulai Oktober. Tidak ada perubahan yang diharapkan saat ini.
Minyak turun 2% pada sesi sebelumnya setelah Israel mengisyaratkan bahwa tanggapannya terhadap serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada hari Sabtu akan diperhitungkan untuk menghindari menyeret Timur Tengah ke dalam perang habis-habisan.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Diprediksi Turun Hingga Tahun Depan
Di Venezuela, anggota OPEC, oposisi mengatakan telah memenangkan 73% suara dalam pemilihan presiden hari Minggu, meskipun otoritas pemilihan nasional telah menyatakan petahana Nicolas Maduro sebagai pemenang.
"Kemenangan Nicolas Maduro dalam pemilihan terbaru Venezuela adalah angin sakal bagi pasokan global, karena hal ini dapat mengakibatkan sanksi AS yang lebih ketat," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, memperkirakan bahwa skenario seperti itu dapat memangkas ekspor Venezuela sebesar 100.000-120.000 barel per hari.
Beberapa dukungan bisa datang dari laporan inventaris AS terbaru yang akan dirilis minggu ini, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News