kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,16   5,85   0.64%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah naik lebih dari US$ 1 per barel setelah kekacauan di pekan ini


Jumat, 24 April 2020 / 12:01 WIB
Harga minyak mentah naik lebih dari US$ 1 per barel setelah kekacauan di pekan ini
ILUSTRASI. Harga minyak jenis Brent dan WTI sama-sama naik lebih dari US$ 1 per barel pada hari ini


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak melonjak lagi pada hari Jumat, mendapatkan lebih banyak sokongan setelah produsen minyak seperti Kuwait mengatakan juga akan memangkas produksi. Angin segar bagi minyak bertambah setelah Amerika Serikat (AS) menyetujui paket stimulus lain untuk mengatasi gangguan ekonomi yang disebabkan oleh wabah virus corona.

Mengutip Reuters, Jumat (24/4), pukul 11.45 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Juni 2020 di ICE Futures naik US$ 1,07, atau 5%, ke US$ 22,40. Ini melanjutkan kenaikan pada sesi sebelumnya yang juga 5%. 

Setali tiga uang, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni 2020 di Nymex juga naik US$ 1,12, atau hampir 7%, ke $ 17,62 per barel. Pada sesi sebelumnya, harga minyak WTI melonjak 20%. 

Baca Juga: Harga minyak mentah terus menguat seiring kesepakatan penurunan produksi lebih besar

Namun, lonjakan tajam harga minyak belum akan memperbaiki posisi minyak di pekan ini. Bahkan, harga minyak masih menuju kerugian mingguan kedelapan dalam sembilan pekan terakhir. Ini terjadi setelah pekan ini menjadi minggu paling kacau dalam sejarah perdagangan minyak. 

Brent menuju kerugian 20% minggu ini, dengan West Texas Intermediate (WTI) AS ditetapkan untuk penurunan lebih dari 3%.

WTI jatuh ke wilayah negatif menjadi minus $ 37,63 per barel pada hari Senin, sementara Brent berada ke level terendah dua dekade.

"Ada sedikit bantuan dalam hal perkembangan fundamental untuk mendukung pergerakan lebih tinggi, meskipun mengingat jumlah pelemahan baru-baru ini," kata ING dalam sebuah catatan.

Di bawah kesepakatan yang disepakati antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen terkait termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pengurangan produksi 9,7 juta barel per hari (bph) akan dimulai pada bulan Mei.

Tetapi kantor berita negara Kuwait KUNA mengatakan pada hari Kamis produsen OPEC akan mulai memotong pasokan ke pasar internasional tanpa menunggu dimulainya resmi kesepakatan.

Proyek minyak Azerbaijan Azeri-Chirag-Guneshli juga harus memangkas produksi sejak Mei dan seterusnya untuk memenuhi komitmen negara berdasarkan kesepakatan, empat sumber mengatakan kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Minyak Turun, Defisit Neraca Dagang RI Bakal Melebar

Sementara itu, legislator AS menyetujui stimulus hampir US$ 500 miliar untuk bantuan dari pandemi virus corona kepada usaha kecil dan rumah sakit. Paket tersebut meningkatkan pengeluaran AS untuk krisis hampir US$ 3 triliun.

Sementara beberapa negara seperti Jerman mulai melonggarkan pembatasan, ekonomi global mungkin melihat rekor kontraksi tahun ini, menurut jajak pendapat Reuters.

"Gangguan yang berkaitan dengan virus corona menyebabkan penurunan paling tajam dalam PDB global sejak Perang Dunia kedua," Capital Economics mengatakan dalam sebuah catatan, memperkirakan kontraksi 5,5% di ekonomi global tahun ini. Ini membuat pelemahan ekonomi global sebesar 0,5% selama krisis keuangan global pada tahun 2008 terlihat mini. 

"Setelah virus terkendali, output (ekonomi) akan pulih, tetapi akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali ke jalur sebelum wabah virus ini terjadi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×