Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak melemah tipis di akhir pekan tetapi menuju kenaikan mingguan kedua berturut-turut karena sanksi baru AS terhadap Iran dan rencana produksi terbaru dari OPEC+, meningkatkan ekspektasi pasokan yang lebih ketat.
Jumat (21/3) pukul 18.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 turun 27 sen, atau 0,4% ke US$ 71,73 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2025 turun 22 sen, atau 0,3% ke US$ 67,85 per barel.
Dengan posisi tersebut, Brent berada di jalur untuk naik 1,5% dan WTI hampir 1% dalam sepekan. Level tersebut juga menandai kenaikan terbesar minyak mentah sejak minggu pertama tahun ini.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, penguatan harga minyak tidak akan lama.
Baca Juga: Harga Minyak Menuju Kenaikan Mingguan Kedua Berturut-turut Imbas kekhawatiran Pasokan
“Jangka pendek mungkin akan naik, namun saya melihat hal ini hanya bersifat sementara,” ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (21/3).
Peningkatan harga minyak dunia saat ini didorong oleh berbagai sentimen geopolitik. Terbaru, AS menjatuhkan sanksi terhadap kilang minyak swasta China untuk berhenti memasok minyak dari Iran. Sanksi ini menjadi bagian dari upaya AS menekan Negara Persia agar berhenti mendanai kelompok militan.
Selain itu, sejumlah negara anggota OPEC+, seperti Rusia, Kazakhstan, dan Irak dijadwalkan akan menurunkan produksi minyaknya. Dengan penurunan pasokan dari negara produsen minyak lainnya, demand minyak dunia akan meningkat dan mendorong naik harga.
Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah juga menjadi salah satu katalis positif terhadap harga minyak dunia. Pada Selasa (18/3) lalu, Israel kembali meluncurkan serangan udara kepada Gaza dan menewaskan sekitar 400 jiwa korban.
Serangan tersebut memutus gencatan senjata yang telah terjadi hampir dua bulan belakangan, otomatis memicu ketegangan yang dikhawatirkan akan mengganggu logistik pasokan minyak. Imbasnya, minyak dunia lagi-lagi menambah demand.
Kendati begitu, menurut Lukman, ketegangan di Timur Tengah bersifat on and off. Dengan kata lain, katalis ini tidak bertahan lama dan hanya mampu mendukung harga minyak dunia untuk sementara waktu.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik US$1 Kamis (20/3), AS Jatuhkan Sanksi Baru Terkait Iran
Lukman juga menilai sanksi terhadap Iran tidak akan berdampak besar kepada pasokan minyak dari Iran. Sebab, China merupakan konsumen dari hampir seluruh minyak Iran.
Dengan perkembangan terbaru ini, Lukman menilai harga minyak mentah dunia masih akan terus menurun. Ia memproyeksi harganya akan mencapai kisaran US$ 65 per barel pada tengah tahun nanti dan US$ 60 di ujung tahun.
Selanjutnya: Soal Target Pendapatan Negara dari Kenaikan Royalti Minerba, Ini Kata Sri Mulyani
Menarik Dibaca: Denpasar Diguyur Hujan Hampir Seharian, Simak Cuaca Besok di Bali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News