Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan tipis pada Rabu (27/11), di tengah evaluasi pasar terhadap dampak kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah serta pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada Minggu mendatang.
Pertemuan ini berpotensi menunda rencana peningkatan produksi minyak.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 29 sen atau 0,4% menjadi US$73,10 per barel pada pukul 07.50 GMT.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen atau 0,4% menjadi US$69,03 per barel.
Baca Juga: Ancaman Tarif Trump terhadap Mitra Dagang Utama Mengguncang Pasar
Kedua acuan harga minyak ini sebelumnya turun pada Selasa setelah Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hezbollah.
Gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah, yang didukung Iran, mulai berlaku pada Rabu setelah kesepakatan ini dimediasi oleh Amerika Serikat dan Prancis.
Perjanjian ini mengakhiri konflik lintas perbatasan Israel-Lebanon yang telah menewaskan ribuan orang sejak pecahnya perang di Gaza tahun lalu.
"Pelaku pasar tengah menilai apakah gencatan senjata ini akan bertahan," kata Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading dari Nissan Securities.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Lebanon
Menurut Kikukawa, harga WTI diperkirakan akan bergerak di kisaran US$65 hingga US$70 per barel, dengan mempertimbangkan kondisi cuaca di belahan bumi utara, potensi peningkatan produksi minyak dan gas serpih di Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang, serta tren permintaan di China.
Analis dari Goldman Sachs dan Morgan Stanley menyebut harga minyak saat ini undervalued, mengacu pada defisit pasar dan risiko terhadap pasokan Iran akibat kemungkinan sanksi yang diterapkan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump.
Sumber dari kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin Rusia mengatakan bahwa grup ini sedang mendiskusikan kemungkinan penundaan kenaikan produksi minyak yang direncanakan dimulai Januari.
OPEC+, yang akan mengadakan pertemuan pada 1 Desember untuk menetapkan kebijakan awal 2025, memproduksi sekitar setengah dari minyak dunia.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Kian Turun Selasa (26/11) Pagi, Brent ke US$72,73 Per Barel
Rencana semula adalah mengurangi pembatasan produksi secara bertahap sepanjang 2024 dan 2025.
Namun, perlambatan permintaan di China dan global serta meningkatnya produksi di luar kelompok ini telah menjadi hambatan.
Analis Citi Research memperkirakan OPEC+ akan menunda pengurangan pembatasan produksi hingga 2025.
"Menunda pengurangan ini dapat memberi peluang bagi pasar untuk lebih seimbang melalui gangguan pasokan atau permintaan yang lebih kuat, sementara membawa kembali produksi dengan cepat justru akan membuat harga turun," kata mereka dalam catatannya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Lebih dari US$2 Senin (25/11), Dipicu Sentimen Ini
Dampak Kebijakan Trump dan Data Stok Minyak AS
Di sisi lain, Presiden terpilih Donald Trump berencana memberlakukan tarif 25% pada semua produk yang masuk ke Amerika Serikat dari Meksiko dan Kanada. Minyak mentah juga tidak akan dikecualikan dari kebijakan ini, menurut sumber Reuters.
Sementara itu, data stok minyak mentah AS menunjukkan penurunan sebesar 5,94 juta barel pada pekan yang berakhir 22 November, jauh melebihi perkiraan analis sebesar 600.000 barel. Di sisi lain, stok bahan bakar tercatat mengalami kenaikan.
Selanjutnya: Cek Hasil Quick Count Pilkada Lampung 2024 di Sini
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Bali, Hujan Ringan Guyur Semua Daerah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News