Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Pekan lalu, harga minyak mentah mencetak kenaikan cukup tinggi yang didukung oleh pemulihan permintaan bahan bakar global setelah jatuhnya April-Mei. Terlebih setelah sejumlah negara melanjutkan kegiatan ekonomi yang sempat terhenti akibat pandemi virus corona.
"Saya merasa lebih sulit bagi minyak untuk bergerak lebih tinggi pada titik ini, terutama dengan meningkatnya kekhawatiran tentang penularan gelombang kedua," kata Howie Lee, Ekonom OCBC Bank Singapura.
Baca Juga: Harga minyak WTI turun di US$ 39,72 per barel di tengah kenaikan kasus virus corona
Tetapi, di Kanada dan Amerika Serikat (AS), jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi turun ke rekor terendah minggu lalu, bahkan ketika harga minyak yang lebih tinggi mendorong beberapa produsen untuk memulai pengeboran lagi.
Harga berpeluang menguat jika OPEC+ kembali memutuskan untuk memperpanjang rekor pemangkasan pasokan 9,7 juta barel per hari (bph) untuk bulan keempat di bulan Agustus.
Namun, sentimen dari Irak dan Kazakhstan yang berjanji untuk mematuhi pemotongan produksi minyak yang lebih baik selama panel OPEC+ pada hari Kamis sudah cukup banyak menopang harga emas hitam ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News