kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah ditutup melemah untuk hari ketiga, WTI ambles ke US$ 68 per barel


Kamis, 05 Agustus 2021 / 06:32 WIB
Harga minyak mentah ditutup melemah untuk hari ketiga, WTI ambles ke US$ 68 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak mentah koreksi untuk hari ketiga berturut-turut


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup melemah untuk hari ketiga berturut-turut ke level terendah dalam dua minggu pada sesi sebelumnya. Harge terseret kenaikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) hingga kekhawatiran penyebaran virus corona varian Delta akan membebani permintaan energi global.

Pedagang mencatat, penurunan harga minyak mentah ini terjadi meskipun ada laporan peningkatan ketegangan geopolitik Timur Tengah.

Rabu (4/8), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 ditutup turun US$ 2,03 atau 2,8% ke US$ 70,38 per barel.

Setali tiga uang, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2021 ambles US$ 2,41 atau 3,4% menjadi US$ 68,15 per barel.

Itu adalah penutupan terendah untuk kedua harga minyak acuan sejak 20 Juli.

Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan, stok minyak mentah AS naik 3,6 juta barel. Ini adalah kenaikan tak terduga yang terjadi pada pekan lalu. Sementara itu, persediaan bensin turun lebih besar dari perkiraan, yaitu mencapai 5,3 juta barel pada pekan yang berakhir 30 Juli 2021.

"Harga minyak mentah tetap berat setelah persediaan minyak mentah EIA menunjukkan stok secara tak terduga naik minggu lalu," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA. 

Dia menambahkan, laporan itu beragam karena stok bensin turun lebih dari yang diharapkan. 

Baca Juga: Harga minyak turun lebih dari 5% sejak awal pekan

Menurut perhitungan Reuters, kasus virus corona di seluruh dunia melampaui angka 200 juta pada hari Rabu, karena varian Delta yang lebih menular mengancam daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah dan mengganggu sistem perawatan kesehatan.

Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia, sedang bergulat dengan penyebaran cepat dari varian Delta yang sangat menular. Ini diantisipasi oleh para analis, dapat membatasi permintaan bahan bakar pada kedua negara itu.

Organisasi Kesehatan Dunia menyerukan, penghentian booster vaksin Covid-19 hingga setidaknya akhir September, karena kesenjangan antara vaksinasi di negara-negara kaya dan miskin melebar.

Juga membebani harga minyak adalah laporan dari ADP yang menunjukkan gaji swasta AS bulan Juli meningkat jauh lebih rendah dari yang diharapkan. 

Ketegangan di Teluk Timur Tengah, sementara itu, memberi harga minyak beberapa dukungan.

Pada hari Selasa, tiga sumber keamanan maritim mengklaim, pasukan yang didukung Iran, menyita sebuah kapal tanker produk minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab, meskipun Iran membantah laporan tersebut.

Oman, pada hari Rabu, mengidentifikasi Asphalt Princess yang berbendera Panama sebagai kapal tanker yang terlibat dalam pembajakan yang sebelumnya dikatakan telah berakhir oleh badan perdagangan maritim Inggris.

Ini adalah serangan kedua terhadap sebuah kapal tanker sejak Jumat di wilayah tersebut, yang meliputi Selat Hormuz. Inggris dan Amerika Serikat juga menyalahkan Iran atas insiden sebelumnya, di mana pesawat tak berawak menabrak kapal dan menewaskan dua pelaut. Iran membantah laporan tersebut.

Selanjutnya: Pasar minyak menghangat, ICP Juli naik ke US$ 72,17 per barel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×