kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah bervariasi, lonjakan kasus virus corona masih membayangi


Kamis, 19 November 2020 / 15:29 WIB
Harga minyak mentah bervariasi, lonjakan kasus virus corona masih membayangi
ILUSTRASI. Harga minyak bervariasi


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  TOKYO. Harga minyak mentah acuan bergerak beragam pada perdagangan hari ini karena lonjakan kasus virus corona dan pembatasan ekonomi yang lebih ketat di seluruh dunia memicu kekhawatiran atas permintaan bahan bakar yang lebih lambat, melebihi berita terkait optimisme terhadap vaksin.

Kamis (19/11), pukul 15.00 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent kontrak pengiriman Januari 2020 naik 12 sen atau 0,3% menjadi US$ 44,46 per barel. Posisi ini berbalik dari pelemahan yang terjadi di pagi tadi. 

Hal berbeda dialami minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember 2020 yang turun tipis 3 sen atau 0,1% ke US$ 41,79 per barel. Namun, jumlah ini sudah lebih dari dibanding penurunan pada perdagangan pagi tadi.

Pada sesi perdagangan Rabu (18/11), harga minyak Brent naik 1,4% dan WTI naik hampir 1%.

Baca Juga: Loyo, rupiah ditutup melemah 0,60% ke Rp 14.155 per dolar AS pada hari ini (19/11)

"Penyebaran infeksi virus korona dan pembatasan baru di Amerika Serikat dan bagian lain dunia memukul sentimen pasar karena akan menghambat permintaan bahan bakar," kata Kazuhiko Saito, Kepala Analis Fujitomi Co.

"Investor juga membukukan keuntungan dari reli baru-baru ini sebelum liburan Thanksgiving AS akhir bulan ini," jelas dia. 

Jumlah kematian akibat virus corona di Amerika Serikat (AS) kini membuat tonggak baru yang suram setelah lebih dari 250.000 nyawa hilang pada hari Rabu (18/11). Dengan lonjakan infeksi baru, sistem belajar di sekolah umum di New York, yang terbesar di negara itu, akhirnya dihentikan untuk pertemuan di kelas. 

Dari kawasan Asia, Tokyo, juga kembali memberlakukan tingkat kewaspadaan virus corona tertinggi pada hari ini. Hal itu dilakukan karena rekor baru infeksi virus harian sudah lebih dari 500 kasus. Gubernur Tokyo pun memperingatkan akan mengambil tindakan lebih jauh jika keadaan menjadi lebih buruk. 

Hal serupa juga terjadi di Rusia setelah infeksi virus corona melampaui 2 juta kasus, setelah melaporkan tambahan 23.610 infeksi dan 463 kematian terkait Covid-19. 

Kekhawatiran tentang kerusakan ekonomi terkait virus corona membayangi berita optimis dari Pfizer dan BioNTech yang meminta izin AS dan Eropa untuk vaksin Covid-19 mulai bulan depan.

"Ekuitas global yang melemah di tengah meningkatnya kekhawatiran atas lonjakan pandemi juga mendorong kekhawatiran atas perlambatan konsumsi dan permintaan bahan bakar," kata Satoru Yoshida, analis komoditas Rakuten Securities.

Saham Asia terhanyut dari level tertinggi sepanjang masa pada Kamis karena pelebaran pembatasan Covid-19 di AS yang membebani Wall Street.

Meningkatkan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan, Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) dan Total Prancis membahas upaya NOC untuk meningkatkan kapasitas dan meningkatkan tingkat produksi ke level tertinggi.

Baca Juga: Pemerintah menjual SUN Rp 27 triliun ke BI untuk burden sharing, Kamis (19/11)

Namun, harga minyak juga masih mendapat angin segar dari persediaan minyak mentah AS yang naik 768.000 barel di pekan lalu. Walau naik, namun jumlahnya kurang dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan 1,7 juta barel. 

Sementara itu, stok distilasi, yang mencakup solar dan minyak pemanas, turun 5,2 juta barel, jauh melebihi ekspektasi.

"Namun, kekhawatiran yang masih ada atas kelebihan pasokan global, terutama dengan ekonomi yang terpukul Covid-19, kemungkinan akan membatasi kenaikan harga minyak," kata Saito Fujitomi.

Dia pun memprediksi WTI akan diperdagangkan antara US$ 40 dan US$ 42 per barel sampai pertemuan OPEC+ akhir bulan ini.

OPEC+, yang terdiri dari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia dan produsen lainnya, akan membahas kebijakan pada pertemuan tingkat menteri penuh yang akan diadakan pada 30 November dan 1 Desember.

Anggota OPEC + cenderung menunda rencana saat ini untuk meningkatkan produksi pada Januari sebesar 2 juta barel per hari (bph), kata sumber.

Selanjutnya: IHSG menguat 0,66% ke 5.594 pada Kamis (19/11), indeks naik lima hari berturut-turut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×