kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,98   0,55   0.06%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah bertahan di atas US$ 41 per barel berkat pelemahan dolar AS


Jumat, 24 Juli 2020 / 09:32 WIB
Harga minyak mentah bertahan di atas US$ 41 per barel berkat pelemahan dolar AS
ILUSTRASI. Harga minyak mentah kompak menguat


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak berhasil menguat tipis setelah indeks dolar Amerika Serikat (AS) jatuh ke level terendah hampir dua tahun. Namun, penguatan harga emas hitam ini cenderung terbatas karena tertekan kekhawatiran bahwa permintaan akan kembali turun karena lonjakan kasus virus corona dan ketegangan baru antara AS-China.

Jumat (24/7) pukul 08.45 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman September 2020 di ICE Futures menguat 15 sen atau 0,4% menjadi US$ 43,46 per barel. 

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 juga naik 12 sen atau 0,3% menjadi US$ 41,19 per barel. 

Baca Juga: Kenaikan harga minyak masih tertahan corona dan konflik geopolitik

Sentimen yang mengangkat harga acuan minyak mentah ini datang setelah dolar AS merosot ke posisi terendah dalam 22 bulan terhadap sekeranjang mata uang. Dolar yang lebih lemah biasanya memacu pembelian komoditas yang dihargai dengan the greenback, seperti minyak. Karena investor bisa membeli dengan harga yang lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

"Harga minyak mentah berusaha stabil karena harapan yang masih tetap tinggi bahwa Kongres akan berhasil memberikan paket bantuan lain untuk pandemi di AS," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA di New York.

"Data ekonomi AS kemarin menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi sedang berjuang dan cukup banyak jaminan lebih banyak bantuan federal akan datang," lanjut dia. 

Seperti diketahui, data pengangguran di Negeri Paman Sam kembali melesat setelah jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran secara tak terduga naik menjadi 1,416 juta pada pekan lalu. Ini adalah kenaikan pertama kalinya dalam hampir empat bulan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi AS terhenti di tengah kebangkitan kasus Covid-19.

Terlebih, AS kembali mencatatkan tambahan kematian dalam 1 hari lebih dari 1.000 untuk tiga hari berturut-turut pada Kamis (23/7). Secara global, lebih dari 15 juta orang telah terinfeksi dan lebih dari 620.000 telah meninggal akibat pandemi virus corona ini. 

Sementara kenaikan infeksi telah memicu kekhawatiran akan kuncian kembali pemerintah. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa permintaan minyak yang sempat meningkat akan kembali turun. Terlebih ketegangan antara AS dan China- dua konsumen minyak teratas dunia, kembali berkobar. 

Baca Juga: Begini kondisi Raja Salman pasca jalani operasi laparoskopi

Hal ini terjadi setelah pemerintah AS meminta China untuk segera menutup konsulatnya yang berada di Houston paling lambat pekan ini. Pemerintah Negeri Tirai Bambu pun sudah memperingkatkan akan membalas tindakan tersebut. 

Barclays Commodities Research mengatakan, harga minyak bisa kembali koreksi dalam waktu dekat jika pemulihan permintaan bahan bakar melambat lebih lanjut, terutama di AS.

Barclays menurunkan perkiraan surplus di pasar minyak untuk tahun 2020 menjadi rata-rata 2,5 juta barel per hari (bph), dari 3,5 juta bph sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×