CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kenaikan harga minyak masih tertahan corona dan konflik geopolitik


Jumat, 24 Juli 2020 / 07:46 WIB
Kenaikan harga minyak masih tertahan corona dan konflik geopolitik
ILUSTRASI. Harga minyak menguat tipis di awal perdagangan hari ini setelah kemarin tergelincir.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis di awal perdagangan hari ini setelah kemarin tergelincir. Jumat (24/7) pukul 7.31 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 41,12 per barel, naik 0,13% dari harga penutupan kemarin.

Harga minyak WTI kemarin merosot 1,98% dari harga US$ 41,90 per barel. Dalam sepekan terakhir, harga minyak WTI tercatat naik 0,91%.

Sejalan, harga minyak Brent pun masih menguat 0,51% dalam sepekan terakhir. Harga minyak Brent untuk pengiriman September 2020 di ICE Futures pagi ini berada di US$ 43,36 per barel, menguat 0,11% dari harga kemarin yang tergerus 2,21%.

Baca Juga: Harga emas masih berupaya mendekati rekor tertinggi meski diwarnai koreksi

Sejumlah katalis negatif menjadi menyebabkan harga minyak sulit naik dari sekitar level saat ini. Kongres Amerika Serikat (AS) masih membahas kesepakatan stimulus. Pembahasan yang dimulai awal pekan ini belum juga membuahkan hasil.

Apalagi, data terbaru Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa tingkat pengangguran AS masih tinggi dengan klaim pengangguran yang meningkat pada pekan lalu. Ini adalah peningkatan klaim tunjangan pengangguran pertama dalam hampir empat bulan terakhir.

Pada Kamis (23/7), kasus virus corona di AS mendekati 4 juta kasus. "Tren kasus corona kemungkinan akan menghasilkan revisi prediksi pertumbuhan permintaan minyak dari pengamat dalam waktu dekat, termasuk kami, terutama untuk kuartal keempat," kata Bjonar Tonhaugen, head of markets Rystad Energy kepada Reuters.

Baca Juga: Begini kondisi Raja Salman pasca jalani operasi laparoskopi

Permintaan minyak pun bisa tertekan dengan kenaikan tensi geopolitik AS-China. AS memberi waktu 72 jam bagi China untuk menutup konsulat di Houston dengan tuduhan mata-mata. Sementara Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan bahwa langkah AS merusak hubungan dan China akan membalas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×