Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih cenderung melemah pada akhir April. Selasa (30/4) pukul 7.38 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 63,42 per barel, turun 0,13% dari posisi kemarin pada US$ 63,50 per barel.
Harga minyak brent untuk pengiriman Juni 2019 di ICE Futures turun 0,40% ke US$ 71,75 per barel dari posisi kemarin pada US$ 72,04 per barel. Dalam sepekan, harga minyak brent turun 3,70%. Pada periode yang sama, harga minyak WTI turun 4,34%.
Pekan lalu, harga minyak mencapai level tertinggi 2019. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dia telah berbicara kepada OPEC dan mengatakan pada negara-negara pengekspor minyak ini untuk menurunkan harga. Trump tidak mengidentifikasi kepada siapa dia berbicara, atau apakah dia membicarakan diskusi yang terjadi sebelumnya dengan OPEC.
Para analis dan partisipan pasar mengacuhkan komentar Trump yang tidak memberikan detail jelas. "Tidak ada perwakilan OPEC atau pemerintah Saudi yang mengungkapkan pengetahuan atas diskusi ini," kata Jim Ritterbusch, presiden Rittersbusch and Associates kepada Reuters.
Pernyataan Trump memicu aksi jual dan menyebabkan harga minyak tergerus. Tapi, harga minyak WTI kemarin menguat lagi sebelum akhirnya terkoreksi tipis hari ini. Sementara harga minyak brent turun dalam empat hari perdagangan hingga hari ini.
Harga minyak mendapatkan momentum naik pekan lalu setelah AS menyatakan akan menerapkan sanksi impor minyak Iran yang dimulai besok. AS mengakhiri pengecualian atas impor minyak Iran bagi delapan negara, yakni China, India, Korea Selatan, Italia, Yunani, Jepang, Taiwan, dan Turki.
"Sanksi ini adalah contoh reaksi bullying AS terhadap perubahan keseimbangan kekuatan dunia," kata Amir Hossein Zamaninia, wakil menteri minyak Iran seperti dikutip SHANA.
Sanksi AS atas Venezuela pun mengetatkan pasokan minyak global di tengah tekanan konflik Libya yang mengganggu pasokan minyak. "Pasar minyak kurang pasokan karena aksi yang dimotivasi oleh politik dan hal ini bisa berbalik arah," kata Ole Hansen, analis Saxo Bank.
Pasar minyak saat ini menunggu keputusan pemangkasan OPEC. "Kami memperkirakan Arab Saudi akan menaikkan produksi paling cepat bulan Mei," ungkap ING Bank dalam riset. Kenaikan produksi minyak Arab ini masih sejalan dengan kesepakatan OPEC+ karena pasokan Saudi belakangan sudah turun.
"Kami yakin bahwa penurunan harga minyak ini disebabkan oleh jenuh beli di pasar futures," imbuh Commerzbank dalam catatan yang dikutip Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News